Selasa, 12 Agustus 2008

10. SIKLUS KEHIDUPAN

Siklus kehidupan manusia bagaikan gambar Gunung, yakni mulai dari lembah, puncak kemudian lembah lagi, kita sekarang ini umumnya berada di puncak. Yang ada di tahapan lembah yang pertama adalah anak2 kecil, sedangkan lembah yang kedua adalah yang saat ini sudah tua.
Waktu kecil mulai merangkak, waktu tua kadang2 belajar merangkak juga,
Waktu kecil giginya masih sedikit , waktu tua giginya tinggal sedikit,
Waktu kecil mulai bisa jalan, waktu tua jalannya kadang2 tertatih2,
Waktu kecil belum bisa mengingat, waktu tua sudah banyak lupa,
Waktu kecil sering dimarahi orangtuanya, waktu tua kadang2 dimarah anaknya,
Waktu kecil suka pipis sembarangan, waktu tua ada juga yang begitu,
Waktu kecil belum bisa mandi, waktu tua sudah tidak bisa mandi sendiri,

Ada yang sedang ngetren saat ini,
Waktu kecil, disuapin, waktu jadi manten suap2an, waktu jadi anggota dewan lahap suapan, sampai2 satu komisi di dewan perwakilan menerima suap berjamaah, siapa imamnya?.
Waktu kecil kalau sudah kenyang ngaku kenyang, maka menyuapnya berhenti, tapi setelah jadi anggota Dewan, sudah kenyang masih mau disuap terus, ini barangkali termasuk penyakit juga, masalahnya yang bagi2 saja tahu, kok yang menerima masih tidak ngaku, padahal semua dalihnya selalu untuk bangsa dan rakyat Indonesia, bagaimana jadinya negara dan bangsa ini kalau pejabatnya pada tidak jujur. Kita semua waktu kecil pasti diajari bagaimana arti kejujuran, karena dengan kejujuran hidup bisa lebih tenang, pasrah. Nah saat ini sedang dipikirkan baju seragam bagi yang masih suka disuapin, sama dengan waktu kecil, tapi waktu kecil karena belum bisa memilih pakaian sendiri, sedangkan bagi yang menerima suap, juga dipilihkan seragam, tapi harus dipaksa, supaya tahu malu.
Waktu kecil belum tahu malu, wajar, tapi kalau sudah tua masih malu2in wah ya kurang ajar. Yang penting kita semua harus waspada ("eling lan waspodo "), karena dengan ini kita bisa hidup lebih tenteram. Jadi waktu menapaki lembah yang kedua bisa lebih pasrah. Jakarta Augustus 13, 2008.

2 komentar:

paromo suko mengatakan...

permisi pak,
jaman kecil saya di purworejo ada ungkapan bahasa jawa 'saen'

ini adalah kata sakti yang membuat orang menjadi malu hati untuk berbuat hina

Pursito mengatakan...

Setuju mas Romo, tapi yang sekarang ini bahasa jawanya" SAEN PANEN " jadi rasa malu tidak ada. Yang penting wareg dewe.