Rabu, 27 Agustus 2008

20. NAMANYA ISMANU

Sekitar tahun tujuh puluhan, nama itu cukup terkenal didaerah saya. Perawakannya sedang, kulitnya agak gelap, rabutnya keriting, badannya berotot. Setiap lewat kampung saya, pakaiannya agak koboi (Begitu waktu itu dia sering disebut), sepatunya sudah butut tapi sering disemir, maka kalau dari jauh nampak masih bagus, padahal kalau sudah dekat, kulitnya sudah pada mengelupas. Selalu pakai topi, pakai ikat leher segala. Karena tugasnya, dia menjelajah ke berbagai kampung, setiap ketemu orang pasti menyapa duluan dengan sapaan yang cukup akrab, sehingga terkesan bahwa semua orang adalah sehabatnya. Kepada yang tua, cukup santun, dengan yang sebaya akrab, dengan yang mudah momong, pokoknya kalau dia tidak lewat sepi rasanya. Ismanu ini sangat akrab dengan warga kampung yang ada kerabatnya merantau, pada waktu itu Ismanu sangat besar jasanya. Setiap pagi, dari rumahnya (nggak tahu rumahnya dimana) menguju kecamatan Ngobol, surat2 yang masuk disortir kemudian diantar kemasing2 alamat yang dituju. Biasanya siang hari baru sampai kekampung saya, karena senang mendapat surat dari saudaranya maka kita ngasih uang tak seberapa, dan dia selalu menerima dengan senang. Kalau dihitung2 pasti tidak terlalu banyak hasilnya, tapi itu dijalani cukup lama. Itulah suatu contoh warga masyarakat yang bekerja dengan dedikasi yang tinggi, dia memang bukan pegawai kantor pos, kalau tidak ada dia surat akan lama tertahan di kecamatan, sampai ada pamong desa yang bertugas dikecamatan. Saat ini tugas seperti itu mungkin sudah tidak ada lagi, karena orang sudah jarang kirim surat, cukup dengan SMS, praktis, murah dan cepat. Orang yang punya semangat kerja seperti Ismanu tetap diperlukan karena dia selalu menjalankan pekerjaan dengan senang.

19. PENGALAMAN PRIBADI

Waktu masih kecil, dulu sering sakit, namanya juga dikampung tempatnya begitulah, sering main becek2an, hasilnya ya sakit itu. Ketika itu saya disering dibawa ke poliklinik dan yang ngobati mantri klinik. Waktu itu, obat banyaknya obat suntik, jadi kalau ke klinik pasti disuntik. Lama2 bukannya menjadi biasa, malah menjadi takut. Bersamaan dengan itu saya sudah mulai jarang sakit. Seandainya pun sakit, saya tahan2 biar dikira tidak sakit, karena kalau bapak saya tahu kalau saya sakit pasti, buru2 di ajak ke poliklinik dan pasti disuntik.

Suatu ketika, dikampung diadakan faksinasi, dulu namanya BCG atau apalah saya lupa. Semua anak2 sudah disuntik, dan waktu saya katanya sakit sekali, maka saya menghindar terus supaya yang nyuruh suntik lupa. Rupanya tidak demikian, bahkan saya di cari Simbok saya, akhirnya bersama Mas Siswanto saya memberanikan diri ke mantri. Saya minta mas Siswanto duluan, karena saya masih tetap takut, pada saat nunggu, datang pikiran jelek saya, kenapa tidak ngumpet saja. Maka saya ngabur, sampai sore tidak pulang. Waktu pulang sampai dirumah sudah dicegat Simbok, karena mas Siswanto tadi bilang kalau saya belum jadi disuntik, maka malam itu digiring bapak diantar ketempat mantri untuk disuntik, saya tidak bisa mengelak karena pasiennya saya sendiri.

Suatu ketika saya sakit, seharian ditempat tidur. Samar2 terdengar suara saudara saya yang jadi mantri datang, seperti biasa kalau datang pasti semua diperiksa, kalau ada yang sakit ya disuntik. Begitu pintu depan dibuka dan suara Saudaraku makin jelas, maka pelan2 saya dengan kaki jinjit, menyelinap dan lari kekebon untuk ngumpet sambil bersandar di pohon kelapa karena memang sakit, tapi takut disuntik. Simbok saya yang menghampiri tempat tidur, ngomel2 karena saya sudah kabur. Tiba2 tanganku di tarik dari belakang sambil digeret pulang, dan suntikpun jadilah.

Waktu berputar terus sampai saya merantau ke Jakarta, suatu ketika saya mengalam diare berat, kemudian pergi kepuskesmas. Mantri klinik lansung menyiapkan jarum suntik, saya malu mengelak, alasa disuntik supaya cepet berhenti diarenya. Saya pasrah, waktu pantatku diraba oleh mantri, dimana tangannya terasa dingin, dengan sekuat tenaga badanku saya kejangkan karena menahan sakit, padahal sesungguhnya tidak sakit. Sepulang dari puskemas kaki saya jadi pincang dan sampai 3 hari, bekas suntikan juga terasa sakit.

Begitu mulai kerja, ditempat kerja 3 bulan sekali ada acara donor darah, teman2 saya sudah berapa puluh kali donor, saya sekalipun belum karena takut. Sekali waktu bertepatan ada acara donor, saya memberanikan diri ikut donor, waktu dapat giliran dicek tekanan darah, ternyata tekanan darah saya tinggi, petugasnya bilang tidak usah donor kalau keadaannya demikian, saya tetap memaksa, kemudian saya disuruh tunggu dulu sampai tekanan darah normal. Waktu dicek lagi ternyata tidak turun juga darah saya. Maka gagal saya mencoba keberanian, terus terang ketika itu saya memang betul2 takut.

Yang terakhir tahun 2005, orang kantor ada yang membutuhkan darah yang golongannya sesuai, maka saya pun ikut. kalau yang terakhir ini saya betul2 siap tidak ada rasa apa2. Begitu menunggu lama, petugas palang merah bilang, kalau mau donor untuk umum boleh, tetapi tidak bisa langsung diberikan kepada pasien yang membutuhkan darah, dan tetap harus membeli ke PMI. Maka satu rombongan menolak donor, maksudnya supaya temansaya tidak perlu keluar uang, masa darah kita diambil gratis sementara teman harus beli disitu.

Beruntung sekarang sudah banyak obat telan jadi kalau berobat tidak harus disuntik.

Senin, 25 Agustus 2008

18. TAHUN 2008 = TAHUN EKSEKUSI MATI

Dalam waktu dekat akan ada napi yang dieksekusi mati, jumlahnya 3 orang, belum lama berselang juga sudah ada beberapa orang yang dieksekusi. Menurut kejaksaan saat ini saja yang menunggu dieksekusi ada 112 napi, wak banyak nian. Tahun2 sebelum tidak sebanyak tahun ini, apakah penjaranya sudah tidak nampung lagi makanya banyak yang dieksekusi, atau sudah dapat bisikan dari malaekat, kok kayanya ngejar target. Saya setuju hukum harus ditegakkan, bagaimanapun hukuman mati memang masih berlaku, makanya kalau memang tindakknya sudah melebihan batas rasa kemanusiaan, tidak ada salah kalau dijatuhi hukuman yang setimpal. Kaya waktu yang lalu adaa napi hukuman mati baru dieksekusi setelah menjalami hukuman hampir duapuluh tahun, sungguh kasihan, Seharusnya kalau memang sudah berkekuatan hukum ya harus segera dieksekusi. Kita tidak bicara soal perikemanusiaan, karena menunda2 eksekusi, kalau akhirnya dieksekusi ya sama juga. Bahkan diantara napi bom bali I ada yang sudah menanti2 dieksekusi, katanya sudah pingin ketemu bidadari. Bukan Main, sedemikian teguhnya keyakinannya. Apapun hukumannya, yang diharapkan adalah efek jera bagi masyarakat lain, sehingga dapat mengurangi tindak kriminal.

17. DEMAM KPK

Gebrakan KPK sungguh luar biasa pengaruhnya, saya tgl 23 Agustus 2008, memperpanjang plat nomor mobil di samsat Bekasi, seperti biasa harus ngantri dulu untuk mendapat formulir untuk gesek nomor rangka dan nomor mesin, setelah formulir saya pegang, agak lama tidak ada tukang gesek yang datang. Nampak kurang semangat. Waktu sebelah saya selesai menggesek, tukang gesek menghampiri saya dengan wajah yang kurang ramah, saya dilayani, setelah selesai, saya menyodorkan uang Rp. 5000,- sambil mengucapkan terima kasih, dan tukang gesekpun menerima dengan ucapan terima kasih, yah biasalah, karena kalau tidak begitu, pasti lama tidak dilayani. Setelah selesai digesek formulir saya serahkan diloket untuk distample dan ditandatangani, kalau dulu namanya itu berita acara, beberapa saat saya menunggu. Orang didepan saya dipanggil, dan dengan cepat menghampiri dan menerima formulir, kemudian melesat ke langkah berikutnya. Dalam hati saya kok tumben banget, penyerahan formulir cepat, kalau dulu selalu ada proses pengembalian uang segala. Waktu nama saya dipanggil, saya menghampiri loket, berkas saya terima dan langsung saya bawa pergi, saya mencoba tidak membayar dan ternyata, kata orang memang tidak bayar. Biasanya diloket tarifnya Rp 30,000.- dan itu tarif tetap. Makanya saya jadi heran kok tumben banget tidak pungutan diloket itu. Setelah pindah loket mulai terdengar katanya di samsat tersebut sedang diawasi KPK, makanya pungutan tidak ada, yang saya bayar ya yang tertulis di STNK. Mudah2 an bisa aberjalan terus, bagi rakyat kecil, uang segitu cukup besar artinya, karena beban rakyat sudah berat, kalau masih dibebani hal2 demikian pasti rakyat menjerit. Bravo KPK

Kamis, 21 Agustus 2008

16. GOLEK IWAK

Golek iwak = Cari ikan.
1. Mancing jaman dulu,
Umpannya kalau jaman dulu ya cacing, carinya didekat kotoran kerbau atau jaran.
Perlu kesabaran.
Dapatnya sedikit, tapi ikannya lebih enak karena ditangkap dengan air yang tetap jernih.


2. Nyeser,
Orangnya masuk di kali, biasanya kalau airnya lagi surut, alatnya sejenis anyampan kemudian
digapet berbentuk segitiga, ikan yang ketangkap ikan yang suka direrumputan.

3. Gogoh,
Orangnya masuk kekali, hampir sama dengan nyeser, tetapi ini tanpa alat alias tangan
kosong, caranya dengan meraba2 di pinggiran kali yang banyak rumputnya, ikan yang
ditangkap adalah ikan yang masuk dilubang2, biasanya lele, gabus, kadang2 ular juga
ketangkap.

4. Tawu,
kali atau kolam, dibendung dulu supaya ada batas yang airnya mau dikuras sampai habis,
setelah itu baru ikannya ditangkap, biasanya ini dilakukan dimusim kemarau.

5. Menjala,
Alatnya jala, orangnya diatas, tidak perlu masuk kekali, cukup jalanya yang ditebarkan,
kalau air kali lagi tinggi biasanya ikan yang tertangkap sedikit.

6. Pasang Bubu/wuwu,
Alat ini dipasang di air yang mengalir, biasanya dipasang waktu sore baru diambil esok
paginya, ikan yang ketangkap adalah ikan yang nyasar.

7. Sregeng.
alat ini mirip bubu, biasanya dipasang di air mengalir dari sawah kekali, biasanya dilakukan
menjelang panen, karena kembang padi banyak dimakan ikan. Biasanya ikan yang
ketangkap lele, gabus, kadang2 ular juga masuk.

Ini semua pengalaman waktu kecil, sekarang sudah jarang cari ikan model ini, karena ikan dikampung saya sudah punah karena semprotan serangga.

15. LATAH

Dalam bahasa Jawa, Latah adalah tertawa yang berlebihan, dalam bahasa Indonesia Ikut2an yang tak jelas maksud dan tujuannya. Dahulu sering terdengar slogan "Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga" Kemudian adalagi "Prajurit Pejuang dan Pejuang Prajurit", masih banyak lagi istilah2 yang tercipta karena lagi ramai membuat istilah. Kemudian ada Gerakan Disiplin Nasional, dimana-mana banyak poster yang senada dengan ini. yang paling menonjol kemudian banyak orang pakai rompi yang bertuliskan Gerakan Disiplin Nasional ( GDN), targetnya tidak jelas, setelah itu sepi tidak ada lagi. Kemudian saat ini masih demam membentuk lembaga yang kurang lebih fungsinya menduplikasi lembaga yang ada, dengan alasan kurang aktif maka dibuatlah lembaga kembaran itu. Ada Tipikor, fungsinya menduplikasi Kejaksaan, Ada KPK, fungsinya menduplikasi Kejaksaan, Ada BNN, menduplikasi tugas Polisi. Kenapa bukan lembaga aslinya yang ditingkatkan peran dan fungsinya, jadi tidak perlu membentuk lembaga baru. Yang jelas biayanya tinggi, terus kapan lembaga itu akan dihapuskan dan fungsinya dikembalikan ke lembaga yang semula. Bapak2 kita memang pandai menciptakan peluang, yang tanpa disadari menjadi beban masyarakat. Coba diteliti lagi apakah sudah demikian buruk analisanya sehingga harus membuat lembaga baru. Sekarang ada satpol PP, jumlahnya sangat banyak, dan yang satu ini sering dihadapkan dengan masyarakat lemah, karenanya kerjanya berkaitan dengan penggusuran, apakah itu kaki lima, apakah itu sengketa tanah. Anehnya, kalau lagi getol menggusur pedagang kaki lima, membabi buta, banyak dagangan hancur, lapak dirusak, beberapa saat lagi, sedikit demi sedikit muncul lapak2 baru. herannya waktu masih kecil kok di diamkan saja, padahal justru kalau masih kecil sudah dilarang para pedagang tidak akan datang lagi. Tapi memang masalahnya rumit, mereka perlu lapangan kerja, nyatanya tidak ada yang nampung, beruntung mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, tapi harusnya juga jangan sampai memakan badan jalan, jadi tidak merugikan pengguna jalan yang lain. Yaitu, kalau namanya latah ya latah hanya ikut ramai tidak tahu maksudnya. Oh mosok begitu.

Rabu, 20 Agustus 2008

14. SOLIDERITAS RENDAH

Kalau kita melihat bangunan tinggi menjulang, kendaraan padat, angkutan umum penuh, orang bersentuhan, bahkan berdempetan, seolah2 menunjukkan kedekatan dan keakraban. Padahal yang ada adalah individualistik yang angkuh, tersenggol sedikit marah, perang mulut. Rasa solideritas rendah. Yang paling konkrit bila di lampu merah terjadi pencongkelan kaca spion atau pencopotan Dop roda, ditengah hari bolong, banyak yang melihat, korban hanya terbengong2, sementara para saksi juga asik menyaksikan, pelaku aman2 saja kalau apes ketangkap polisi, dari masyarakat tidak ada tindakan apa2, semua menggerutu tentang keamanan dijalan, tetapi tak pernah cari solusi. Dibenak saya ada pemikiran, perlu dibangkitkan solideritas masyarakat, dimulai dari hal yang paling kecil. Misalnya dibentuk forum komunikasi masyarakat untuk solideritas. Perlu dirancang tindakan2 yang harus dilakukan bila menyaksikan tindak kriminal ditempat keramaian. Misalnya kalau dilampu merah ada penodongan, Pengendara lain yang menyaksikan segera membunyikan Klakson serentak, kemudian bertindak, penjahatnya segera diserbu. Mungkin jalan akan menjadi macet. Itu pasti, tetapi itu awalnya saja, karena kalau sudah menjadi rutinitas, para penjahat akan berpikir lagi bila akan melakukan kejahatan ditengah keramaian. Kalau saat ini ada orang yang tiba2 bertindak mungkin bisa mati sendiri, karena penjahatnya akan nekad. Tapi kalau dilakukan ramai2, pasti penjahat juga takut. Apalagi kalau penjahatnya tahu kalau masyarakat sekarang sudah kompak. Begitu juga kalau ada kejadian didalam bus, para penumpang bisa segera bertindak. Memang untuk membangkitan semangat melawan terhadap kejahatan perlu waktu. Untuk bisa sampai kepada kalayak ramai, maka idea ini perlu disebar luaskan. Kalau semua orang sudah tahu bahwa kalau terjadi kejahatan akan dilawan secara ramai2, pasti kejahatan akan berkurang. Memang tidak ada waktu lagi untuk terus mengeluh, harus bertindak serentak, tentunya dalam mengambil tindakan harus ada batasnya, tidak sampai mati, karena dengan penanganan selama ini diproses secara hukum, tidak selalu menimbulkan efek jera, bahkan kadang2 menjadi lebih pandai, tetapi kalau langsung dihadapi masyarakat, pasti akan jera. Jadi harus dimulai dari menumbuhkan rasa solideritas yang cemen, akan terbentuk rasa solideritas yang semakin besar. Kalau setuju tolong sebarluaskan.

13. CALEG

Ya, saat ini para politikus atau calon politikus, sedang sibuk mendaftarkan diri sebagai Caleg, Calon Legeslatif. Semua dengan penuh semangat, bahwa dirinya layak menempatkan diri sebagai wakil rakyat. Jadi mereka menawarkan diri untuk dipilih menjadi wakil rakyat, kalau tidak dipilih bagaimana, ya sudah itu resiko. Yang jelas mereka harus punya modal, paling tidak modal nekat, karena persingan sesama kader partai tidak bisa dihindari. Saatnya mereka Rajin turba pura2nya mendengarkan aspirasi rakyat, katanya akan membawakan suara rakyat. SUdah banyak contoh, setelah jadi wakil rakyat, melupakan konstituennya. Buktinya mana?. Rakyatnya sebagaian besar masih miskin, kenapa mereka sibuk, memperjuangkan tunjangan untuk kepentingan sendiri, setiap membahas RUU, banyak uang bertebaran kesana kemari, mampirnya kemana?, ya pasti kekantong para anggota dewan. Setelah ada yang mengaku menerima dan membagi2, yang lain membantah secara berjamaah. Dimana letak kejujuran ?. Berbagai Undang2 dihasilkan, rapat nya sampai larut malam, untuk jadi Undang2 perlu proses yang panjang dan melelahkan. Setelah diundangkan, banyak yang mati suri. Di Jakarta ada Perda anti rokok, ada lagi perda parkir liar. Waktu mulai di berlakukan, banyak perokok yang tidak terima gara2 ditegor oleh satpol PP, bahkan lebih galak, sambil membawa pengacara segala. Barang kali saking kayanya, urusan merokok saja harus berurusan dengan Pengacara segala. Terus parkir liar, waktu baru keluar peraturan banyak mobil digembok, untuk bisa bebas urusannya panjang. Tapi saat ini sepi lagi nyaris tak terdengar gaungnya, apakah sudah tidak berlaku, atau malas. Harus nya disadari waktu mau membuat peraturan, bisa enggak kira2 dijalankan, kalau tidak bisa yang jangan bikin aturan, biayanya mahal. Undang2 lintas begitu juga seringnya selalu dipandang bahwa kalau lalulintas semrawut, undang2nya yang salah atau manusianya yang salah. Memang masalah lalulintas bukan semata2 urusan jalan dan kendaraan. Tetapi berbagai masalah ikut mempengaruhi. Seperti saat ini misalnya, motor menjadi banyak sekali, gara2 kredit makin gampang. Kembali ke wakil rakyat, karena mewakili segala elemen masyarakat, seharusnya para wakil bisa betul2 membawakan aspirasi masarakat, jadi semua terwakili sebelum mengetok palu keputusan, yah urun sedikit saja. Mudah2 bisa dimengerti.

Rabu, 13 Agustus 2008

12. MUSUH BERSAMA.

Pada jaman awal orde baru, Pak Harto sukses menemukan musuh bersama, semua orang akan setuju bahwa yang disebut musuh bersama memang betul2 musuh. Dan itu sangat manjur untuk menakuti orang, jadi barang siapa ketika itu dicap seperti itu, pastilah orang lain juga akan mencibir orang itu. Ya itu waktu, yang disebut musuh bersama adalah "G30S/PKI". Dan Pak Harto sukses bertahan kekuasaan sampai 32 tahun berkat kata itu, ketika itu, barang siapa berani mengusik Pak Harto atau kroninya, akan di Cap "g30S/PKI" dan semua orang tahu apa akibatnya. Saat ini ada gejala seperti itu. Tidak ada salahnya menentukan musuh bersama, yang penting tidak merugikan kalayak ramai, bahwa yang bersangkutan dirugikan, ya mau apa lagi. Jadi saat ini seharusnya SBY bisa memanfaat mementum itu dengan memakai jargon bahwa KORUPTOR sebagai musuh bersama. Tentu harus selalu melalui jalur hukum, artinya semua yang terindikasi melakukan korupsi yang harus ditindak tanpa pandang bulu. Jangan seperti jaman Pak Harto, kalau sudah dicap terkait G30S/PKI langsung dipecat, tanpa proses hukum, Bahkan yang lebih sadis lagi adalah istilah bersih diri/bersih lingkungan, banyak orang kena imbasnya. Dan ini dimanfaatkan oleh orang yang syirik. Kembali ke Koruptor, kalau kita perhatikan saat sidang, mereka berpakaian rapi, tebar senyum sana-sini, kaya tidak merasa bersalah. Maka saat ini yang sedang kita tunggu2 adalah bagaimana menangani kasus2 korupsi yang dilakukan oleh orang yang punya pengaruh. Semoga pemikiran ini ada manfaatnya. Augustus 14, 2008.

11. BICARA POLITIK SEDIKIT

Orang bijak bilang, Demokrasi itu artinya kekuasaan ditangan rakyat, itu artinya rakyat yang punya kuasa, barangkali kalau rakyatnya sudah maju dan tingkat pendidikan rata2 sudah tinggi hasilnya akan baik, tapi rata pendidikannya masih rendah mungkin hasilnya tidak maksimal.Kalau begitu adanya berarti, Demokrasi yang dijalankan diIndonesia kita tercinta baru pada tingkat proses, belum menjamin hasilnya pasti lebih baik. Bagaimanapun hyang namanya rakyat adalah kalayak umum, bukan organisasi, aturannya lebih sulit. Kalau semua untuk demi rakyat artinya akan menjadi sulit. Anggota dewan kita sudah dipilih langsung oleh Rakyat, kenyataannya hasilnya tidak bagus, yang korupsi banyak, rakyat tidak berdaya untuk menegor pilihannya. Pemilu, pemenangnya ditentukan harus mencapai suara sekian prosen, kalau tidak diulang ke tahap berikutnya. Pengalaman yang sudah, dimana pemilu dilakukan dalam dua tahap, lebih banyak pemenangnya ya yang sudah unggul dari awal. Padahal biayanya bermilyar rupiah, terus apa yang ingin dicapai, Prosesnya atau hasilnya. Kalau disuruh memilih, saya memilih hasilnya. Karena yang bisa memakmurkan rakyat bukan cara pemilihannya, tetapi adalah siapa menjadi pemimpinnya. Diberbagai TV sering diadakan debat terbuka, ada yang menjawab pertanyaan dari panelis lancar, ada juga yang tergagap2, toh tidak mempengaruhi hasil pemilihan, itu kan tergantung selera panelisnya. Sebentar lagi kita memasuki masa2 pesta rakyat yaitu pemilu pada tahun 2009. Jumlah partai peserta pemilu sekian puluh. Orang bingung, apa sih yang ingin dicapai oleh para pendiri partai baru, Yang lucu lagi, partai yang sudah berkali kali kalah kok juga ikut terus, pada sudah ketahuan pemilihnya sedikit. Ada lagi kalau ada yang kurang puas dengan pimpinan partai, kemudian mbelot, bikin partai sendiri. Dalam kenyataannya partai sempalan lebih sering mati dari pada induknya. Mbok ya sudah kalau kalah ya pasrah, baru pada saat yang tepat maju lagi, tapi tetap pada partai yang sama. Ada lingkaran setan disini: untuk menghasilkan pemilu langsung yang bagus akan tercapai bila rakyat sudah maju, untuk maju perlu pendidikan, biaya pendidikan mahal, pemilu dilakukan pakai dua putaran segala, jadi telur sama ayam penting mana??, yang tergantung siapa ditanya. jakarta 13, august 2008.

Selasa, 12 Agustus 2008

10. SIKLUS KEHIDUPAN

Siklus kehidupan manusia bagaikan gambar Gunung, yakni mulai dari lembah, puncak kemudian lembah lagi, kita sekarang ini umumnya berada di puncak. Yang ada di tahapan lembah yang pertama adalah anak2 kecil, sedangkan lembah yang kedua adalah yang saat ini sudah tua.
Waktu kecil mulai merangkak, waktu tua kadang2 belajar merangkak juga,
Waktu kecil giginya masih sedikit , waktu tua giginya tinggal sedikit,
Waktu kecil mulai bisa jalan, waktu tua jalannya kadang2 tertatih2,
Waktu kecil belum bisa mengingat, waktu tua sudah banyak lupa,
Waktu kecil sering dimarahi orangtuanya, waktu tua kadang2 dimarah anaknya,
Waktu kecil suka pipis sembarangan, waktu tua ada juga yang begitu,
Waktu kecil belum bisa mandi, waktu tua sudah tidak bisa mandi sendiri,

Ada yang sedang ngetren saat ini,
Waktu kecil, disuapin, waktu jadi manten suap2an, waktu jadi anggota dewan lahap suapan, sampai2 satu komisi di dewan perwakilan menerima suap berjamaah, siapa imamnya?.
Waktu kecil kalau sudah kenyang ngaku kenyang, maka menyuapnya berhenti, tapi setelah jadi anggota Dewan, sudah kenyang masih mau disuap terus, ini barangkali termasuk penyakit juga, masalahnya yang bagi2 saja tahu, kok yang menerima masih tidak ngaku, padahal semua dalihnya selalu untuk bangsa dan rakyat Indonesia, bagaimana jadinya negara dan bangsa ini kalau pejabatnya pada tidak jujur. Kita semua waktu kecil pasti diajari bagaimana arti kejujuran, karena dengan kejujuran hidup bisa lebih tenang, pasrah. Nah saat ini sedang dipikirkan baju seragam bagi yang masih suka disuapin, sama dengan waktu kecil, tapi waktu kecil karena belum bisa memilih pakaian sendiri, sedangkan bagi yang menerima suap, juga dipilihkan seragam, tapi harus dipaksa, supaya tahu malu.
Waktu kecil belum tahu malu, wajar, tapi kalau sudah tua masih malu2in wah ya kurang ajar. Yang penting kita semua harus waspada ("eling lan waspodo "), karena dengan ini kita bisa hidup lebih tenteram. Jadi waktu menapaki lembah yang kedua bisa lebih pasrah. Jakarta Augustus 13, 2008.

Selasa, 05 Agustus 2008

Desa Wingkomulyo

Namanya terdiri dari Wingko dan Mulyo, Wingko berarti pecahan genting dan Mulyo berarti aman, tenteram. Kalau disambung apa artinya??, tak tahulah. Dulu orang suka menyebut Karang tengah, karena letaknya ditengah antara Desa Wingko Tinumpuk, Wingko Sigromulyo dn Wingko Sanggrahan. Konon kabarnya dulu, Wingko mulyo bergabung dengan Wingko Sigromulyo, pada jaman penjajahan. Pada saat Jepang kalah, Wingko Mulyo pisah dengan Wingko Sigromulyo. Lurah pertama setelah pisah adalah Pak Sastro Hardjono Alm. Saat ini anaknya menjadi lurah di Wingkomulyo. Wilayahnya sempit, warganya sedikit, kalau pemilihan lurah, pemilih paling sekitar 300 jiwa. Anak2 yang berhasil menyelesaikan sekolah, pergi merantau mencari penghidupan dikota, saat ini yang tinggal dikampung para orang tua dan anak2 yang memilih tinggal didesa. Mata pencaharian pokok bertani padi. Desa ini dilalui jalan yang menghubungkan Sangubanyu dan Jenar. jalan ini kalau lebaran menjadi ramai karena banyak perantau yang mudik untuk lebaran dengan para tetua desa. Wilayah desa ini meliputi dukuh Ngentak, letaknya diutara, berdatasan dengan desa Ketos dan Demplo. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Wingko Sigromulyo, sebelah barat dengan desa Wingko Tinumpuk dan sebelah timur dengan desa Wingko Sanggrahan. Batas desa sebelah barat ditandai dengan sungai kecil yang menjadi irigasi petani desa Wingkosigromulya. Sekolah didesa ini sudah sangat tua, dahulu sekolah yang ada untuk menampung anak dari Wingko Sigromulyo, Wingkomulyo, Wingko Tinumpuk, belakangan desa Wingko Tinumpuk mempunyai sekolah sendiri untuk SD, bahkan saat ini sudah ada SMP negeri. Didesa ini ada satu makam yang sudah tua, letaknya dibelakang kantor desa, sering disebut Mbah Jadi, kata orang tua itu merupakan awal2nya desa Wingkomulyo. Disebelah timur ada pasar, saat ini bernama pasar desa Wingko Sigromulyo, karena letaknya didesa tersebut. Tetapi dulu namanya Pasar Desa Wingkomulyo. Penduduknya banyak merantau kemana-mana. Bagi yang belum pernah tahu atau belum pernah punya gambaran, akan saya kasih sedikit gambaran. Dari barat yaitu Sangubanyu kearah timur kira2 6 KM, kalau dari Timur yaitu Jenar, kebarat kira2 6KM. berarti letaknya ditengah2. Dulu ada jalan dari selatan yaitu Wunut terus keutara melalui Demplo terus sampai di Condong, tetapi saat ini jalan tersebut tidak terurus. Ya itulah sekelumit gambaran desa Wingko mulyo yang saya tahu. 5 agustus 2008.