Kamis, 23 Oktober 2008

29. STOP ROKOK TANPA PELARIAN

Sebagaimana kebanyakan anak kecil yang suka nyoba2, begitu juga saya. Teman2 kecil saya dulu ketika masih di SR kelas 5 sudah mulai nyoba2 merokok, rokoknya pun klembak menyan merk tengwe alian nglinting dewe. Ketika itu belum begitu bisa merasakan, tapi jalan terus tanpa sepengetahuan orang tua, kalau ketahuan ya dimarahi.
Kebiasaan terus berlanjut di SMP, rokok tengwe mulai ditinggalkan, rokok Cengkeh merk sarang burung sudah mulai ngetop di kampung saya. Lama kelamaan sudah mulai bisa merasa ketagihan, kalau sudah demikian rokok apa saja dirokok.
Ketika di SLTA sekolah di kutoarjo makin menjadi-jadi, sebagian uang saku bukan untuk beli makan atau minum, melainkan untuk membeli rokok. Karena sebagian waktunya di kos2 an maka merokok mulai bebas.
Waktu merantau dan mulai kerja makin jadi, teman sekantor semua merokok, jadi mau merokokpun tidak malu2. Rokok Gudang garam merah menjadi favoritku. Namanya orang sudah punya uang sendiri, walaupun jumlahnya sedikit, tetapi bisa bebas menikmasi rokok. Pokoknya tiada hari tanpa rokok, cuma kalau dirumah, karena masih numpang Kakak, saya tidak enak merokok dirumah, karena tidak merokok.
Begitu ada kesempatan kos sendiri makin bebas lagi, prei rokok hanya kalau sakit, begitu mulai sembuh, keinginan untuk menghisap rokok datang lagi.
Ketika itu saya juga heran kenapa orang pakai susah2 berhenti merokok, bahkan ada yang terapinya kalau pingin rokok, diganti dengan makan permen, katanya biar bisa berhenti merokok, tapi nyatanya makan permen jalan merokok juga tidak berhenti. Ada yang dengan mengurangi misalnya sehari cukup 3 batang sehari, selebihnya mencium rokok, hasil akhirnya nihil juga, akhirnya rokok jalan.
Suatu ketika, saya berolah raga jalan kaki keliling jalan di Jakarta, mungkin jaraknya ada 20 KM dibawah terik mata hari. Waktu sampai depan setasiun kota saya istirahat dulu sambil minum es, wah segar sekali. Tapi besoknya tenggorokan sakit sekali. batuk tidak keluar badan terasa meriang. Sakit berat. Menghisap rokok tidak enak lagi. Ketika itu sakit hampir seminggu, keinginan rokok hilang sama sekali. Biasanya kalau mulai sembuh dari sakit aroma rokok sangat menggoda, tetapi ketika itu boleh dibilang lupa dengan rokok. Setelah berjalan 2 minggu baru sadar kalau saya sudah tidak merokok, walaupun dirumah ada stock rokok, menyentuhpun tidak. Barulah saya sadar, bahwa saya telah berhasil berhenti merokok, dan ketika itulah berniat untuk terus tidak merokok sampai sekarang. Sampai teman2ku heran kok bisa berhenti merokok begitu saja tanpa harus pakai pelarian segala.
Kesimpulan saya kalau memang mau berhenti merokok, ya berhenti saja tidak pakai cara2 mengurangi atau makan permen. Karena merokok dan tidak merokok memang tidak bisa dipertentangkan. Para orang tua yang sudah sepuh2 oh terus merokok juga.
Yang masih merokok silahkan menikmati.