Jumat, 04 Desember 2009

44. WABAH

Akhir2 ini masyarakat Indonesia banyak terserang wabah, mulai dari wabah penyakit fisik sampai wabah penyakit jiwa. Mula-mula wabah penyakit fisik yang sering disebut adalah flu, ada flu burung, ada flu hongkong dan yang terakhir menjadi flu babi, namanya sudah menjijikkan. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa yang terjangkit flu babi adalah yang sering makan daging babi, untuk yang ini komentarnya bahwa kalau masaknya matang betul, tidak akan kena flu. Saking banyaknya sebutan flu, maka orang makin bingung. Yang terakhir adalah wabah penyakit jiwa, yang namanya korupsi. Dipanggung ini dunia makin ramai karena yang sedang bertempur adalah para penegak hukum, yang sedang kejangkitan wabah penyakit ini. Yang satu menuding yang lain, sedangkan yang lain menuding yang satu, maka jadinya semua jadi Petruk semua, karena kemana2 saling menuding. Saking ramainya sampai diberi lambang Cicak dan Buaya. Sang cicak kini agak diatas angin, ini karena diuntungkan oleh sikap sang raja yang ragu2, kurang tegas, bermain didaerah abu2. Bagi masyarakat kecil bingung karena semua merasa benar. Kalau sama2 benar kenapa berseberangan. Kini mulai dengan babak baru dengan panggung yang diberi nama Wabah Century, setiap saat setiap waktu media mewawancara para tokoh untuk membahas yang namanya Century. Seolah2 ada sesuatu yang akan mengejutkan bila Century berhasil di bongkar. Wakil rakyat sedang menggebu2 untuk membicarakan siapa yang akan menjadi ketua Pansus. Pihak yang sedang terpojok ikut berrebut untuk menduduki posisi pimpinan supaya bisa membelokkan topik penyelesaian Bank Century. Pihak2 yang terkait kedudukkannya sangat tinggi, dan sekarang sedang berkuasa. Tapi apa sebetulnya yang dapat disuguhkan kepada rakyat dan betul2 menyentuh hati rakyat, sehingga rakyat betul2 menikmati manfaat dari kerja keras para wakil rakyat.

Ada lagi wabah yang menggejala, dimana banyak kasus2 kecil yang dibawa kepengadilan karena tindakan yang sepele. persoalannya dalam kasus2 kecil yang melibatkan rakyat kecil, para pelaku kebanyakan orang yang polos, sehingga bila dibawa kepengadilan, Sang Hakim yang terhormat, terlalu mudah untuk mendapat pengakuan dari terdakwa, sehingga tuduhan jaksapun dengan mudah dibuktikan, maka ponis dijatuhkan. Tetapi apak semua kasus harus diselesaikan lewat pengadilan, karena walaupun judulnya pengadilan, sering terjadi hanya untuk menentukan kepastian hukum.
Mudah2an para pihak yang terkait mampu memperjuangkan rakyat kecil dengan hati nurani.
Amien.

Jumat, 20 November 2009

44. MBAH SAKINAH

Dengan keluguannya Mbak Sakinah dari Banyumas mengakui seluruh perbuatannya dan divonis 1 bulan dan 15 hari, tetapi ybs tidak perlu mendekam dipenjara karena sebelumnya sudah diyahan selama 3 bulan.
Sangat jelas bahwa proses pengadilan semata hanya membuktikan tuduhan jaksa, bila tuduhan terbukti maka terdakwa berubah status menjadi terpidana. Prosesnya pengadilan sangat singkat, yakni hanya sehari langsung vonis.
Coba kalau kita berpikir jernih, Apa yang di ambil Mbak Sakinah hanya 3 butir kakao, yang rencananya mau ditanam, harganya cuma Rp 10,000.-.
Kalau dihitung biaya penahanan dan semua biayanya tidak sebanding dengan perkaranya.
Tapi apakah harus begitu, sementara kalau korupsi besar2an kok mudah berkelit seperti belut dan sulit ditangkap. Semua setuju sebagai negara hukum, semua berlaku sama didepan hukum, tapi itu teorinya, prakteknya tidak demikian. Beberapa kali ada kasus hukum dimana seseorang divonis bersalah, karena hakim yakin berdasarkan bukti2, si terdakwa dianggap bersalah kemudian di hukum. Beberapa saat kemudian ada fakta lain bahwa pelakunya orang lain, berarti keyakinan hakim keliru. Sudah ketahuan begitu untuk bisa bebas masih ada proses lagi. Hal ini membuat masyarakat kurang percaya dengan lembaga hukum.
Sebagai rakyat bahwa bila menghadapi hal tersebut hanya bisa berdoa dan pasrah. sebagaimana sikap Mbah Sakinah yang menerima apa adanya. Hal ini menambah carut marut penegakan hukum semakin ruwet. Hal ini akan bisa diselesaikan bila mana para penegak hukum tidak ada kepentingan dengan para pihak yang sedang tersangkut perkara.
Memang pengadilan didunia adalah pengadilan manusia, dan masih ada pengadilan yang maha adil yakni pengadilan Tuhan. Tetapi pihak yang merasa diperlakukan tidak adil akan merasa di zalimi didunia ini.
Semoga masih ada nurani yang mampu menyuarakan kebenaran, bukan atas dasar kukuasaan.
SEMOGA.

Sabtu, 07 November 2009

43. KEJUJURAN YANG LANGKA

Mungkin dalam sehari akhir2 ini, nama2 seperti Ari Muladi, Bibit, Chandra, Susno, Anggodo akan kita dengar berkali-kali. Mereka jadi bintangnya akhir2 ini. Rupanya kejujuran masih merupakan barang yang mahal. Semua ini karena hampir semua pihak yang terkait berlaku tidak jujur, sehingga menjadi ruwet. Semakin banyak Team yang dibentuk, semakin kabur kemana arah penyelesaiaan. Masyarakat banyak mendukung Bibit Chandra, sementara DPR mendukung Polri. Kalau sesama pendukung dihadapkan maka yang terjadi DPR berhadapan dengan rakyat. Yang perlu diingat bahwa anggota DPR dipilih oleh rakyat, anda2 ini baru saja bersumpah untuk menjalankan tugas secara jujur demi kepentingan rakyat. Kalau melihat keadaan saat ini sangat kontradiktif dengan keadaan sebelumnya, waktu akan maju sebagai caleg. Kini sudah lupa semuanya.
Saya tidak percaya bahwa dalam kasus ini ada pihak yang paling benar, menurut saya pihak2 yang terkait punya andil kesalahan sehingga keadaan menjadi kisruh. Dalam kasus ini ada yang dikatagorikan sebagai orang yang menyuap, yang disuap dan perantara penyuap. Yang perlu diingat bahwa sepandai-pandai membungkus, yang busuk berbau juga. Persoalannya sebetulnya sudah lama terjadi, tapi kenapa baru diungkap setelah Mantan ketua KPK menghadapi sidang.
Polisi mengatakan bahwa pihaknya mempunyai data, bahwa mobil2 pejabat yang dicurigai ada ditempat terjadinya transaksi penyuapan, dipihak lain mengatakan bahwa mereka tidak kenal orang yang menjadi perantara penyuapan. Memang pengakuan mudah diucapkan, tetapi siapa yang menjamin bahwa pengakuan itu jujur. Karena semua berpangkal pada kejujuran. Bila pejabat KPK betul2 jujur, berarti Pihak kepolisian tidak jujur. Kasusny ini akan segera selesai bila kejujuran mulai dikedepankan. Sosok Ari muladi apa betul2 jujur bahwa ada nama Yulianto, itu semua menunggu kejujuran. Dan selanjutnya ke pengadilan, tetapi yang perlu diingat pengadilan juga dijalankan oleh manusia. Sebagaimana diketahui bahwa dalam menjalankan tugas, pengadilan adalah bertanggung jawab kepada Tuhan, karena bila salah akan mencelakakan dan menyengsarakan orang yang tidak bersalah. Seperti kasus terakhir yang terjadi di jombang, dimana orang sudah divonis bersalah, ternyata belakangan diketahui bahwa korban yang diduga dibunuh oleh pelaku ternyata lain orang. Sudah begini, untuk membebaskannya bertele-tele. Hukum adalah untuk keadilan, betapapun sudah ditetapkan dalan hukum acara pidana tetapi kalau tidak menghasilkan keadilan berarti ada kesalahan dalam pengetrapan hukum tersebut. Semuga kejujuran segera datang.

Kamis, 01 Oktober 2009

MUDIK LEBARAN 2009

Mudik tahun ini aku termasuk sukses karena berhasil memecahkan recor, tetapi bukan karena cepatnya, tetapi karena lambatnya, 23 jam, biasanya kalau suasana lebaran 15 jam. Kendaraan makin banyak, jalannya itu2 saja, dan disiplin pemudik sangat kurang. Kemacetan semakin merata, kalau dulu yang macet umumnya cuma di daerah Jabar, sekarang sudah merembet ke Jateng.
Kemarin ini aku berangkan hari Jum'at jam 21, masuk tol bekasi barat lancar, aku sengaja tidak akan keluar Ciampek, makanya aku ambil ke arah Bandung. Waktu sampai arah Sadang aku lihat jalanan kosong,(biasanya aku keluar disini), tetapi yang ke Bandung juga lancar, maka aku terus ambil yang jurusan Bandung. Baru sekitar 5 km, jalan mulai tersendat, aku ambil kiri, maksudku mau keluar Purwakarta, makin lama kok makin macet, sedangkan yang ke Bandung kok pelan2 bergerak. Pas agak lowong dan bisa bergerak, aku ambil kanan, merayap sejenak kemudian lancar sekali. jam 23 aku nukar tiket, di Pada larang atau dimana aku lupa, kendara bergerak lancar, kira2 beberapa saat sebelum Cileunyi, kendaraan mulai merayap. Ditempat istirahat jam 24 aku berhenti, dengan harapan jalanan sudah lancar. Jam o1.00 aku jalan lagi, tapi sudah maikn parah. Pintu tl Ciluenyi terlewati juga dengan merayap. Setelah membayar agak lancar, aku pikir akan lancar seterusnya. Ternyata hanya kira2 2km kendaraan mulai merayap lagi. Waktu dipertigaan ke kanan, ada petunjuk "JALAN ALTERNATIVE KE TASIKMALAYA LUWAT CIJAPATI" aku tidak sempat belok kanan, maka aku maju terus. Kemudia aku baca, Nagrek macet total, tapi aku tidak bisa mutar jalan, aku maju terus. Didepan aku lihat ada orang berdiri di pinggir jalan, padahal waktu itu kira2 jam 03.00, setelah dekat orang itu memberi tanda2 untuk mutar, maka aku ambil kesempatan untuk mutar dan aku balik lagi arah Bandung. Begitu sampai putaran tadi, aku ambil kiri sesuai petunjuk polisi, lewat alternatif melalui Cijapati. Aku sempat solat subuh di pom bensin yang pertama aku lalui. Setelah selesai solat aku ikuti terus petunjuk jalan, lewat kampum jalan berkelok2. Beberapa saat sempat merayap juga. Akhirnya lancar, Garut pinggiran aku lewati, Singaparna lewat. akhirnya masuk Tasikmalaya kira2 jam 9 pagi, pikirku aku bisa sampai Wingko sekitar jam 15. hari Sabtu. Jalanan terus lancar Ciamis lancar, Banjar mulai tersendat. Perbatasan Jabar -Jateng aku lewati. Masuk Wanaraja semakin tersendat, dan puncaknya waktu Masuk Wangon, jalan yang seharusnya dari arah Jakarta 2 jalur dan dari arah Jogja 2 jalur, keempatnya diisi dari arah Jakarta. Tentu saja hampir 1 Jam tak bergerak. Aku di posisi jalur kedua, aku melihat disamping kananku, berarti jalur ketiga, sebetulnya sudah menyalahi aturan, tapi orang2 tidak merasa bersalah, malah berkali2 mencoba masuk di depanku.
Lama2 kemacetan berhasil dicairkan oleh petugas. Dasar kurang disiplin, jalur 3 dan empat tetap dilewati kendaraan dari Jakarta, maka beberapa kali kemacetan berulang. Wah susah, untungnya dalam keadaan puasa hari terakhir aku tetap sabar, biarlah aku kena macet, yang penting aku tidak menyebabkan oleh lain macet. Rencanaku mau buka di rumah Wingko gagal, akhirnya di Kebumen sambil jalan aku buka. Jam 20 aku sampai di rumah adikku di Mboro. Aku mampir dulu langsung tidur disana, baru Esok paginya aku ke Wingko untuk solat Idul Fitri. Alhamdulilah sampai juga kampung halaman dengan selamat, ketemu Simbokku yang sudah menanti2. Seminggu di Wingko, aku balik Jakarta, aku coba lawat jalan Daendeles, seperti kata mbah Suro, jalannya lancar sekali, cuma begitu sampai di Karang bolong -Ayah - dan logending, jalan mulai berkelok2 nanjak dan turun. Bukan main, jalannya curam sekali. Tapi ada kompensasinya, pemandangan laut, disebelah kiri, bagus sekali, beberapa kali aku berhenti, melihat laut dar jauh. Semula aku mau terus lrwat jalan alternatif sampai pangandaran, sampai2 di Banjar, tetapi tidak ketemu jalannya, padahal menurut peta sam Maos terus Jeruk Legi, aku ambil kanan ternyata sampainya jalan raya, sebelum wangon. Tapi semua lancar, masih belum selesai, setelah lewat Banjar, maju dikit ada jalan belok kanan lewat Cisaga dan Rancah terus Kawali. Jalannya belok2 tapi lancar sekali. Sampai Kawali belok kanan, terus Cikijing, ambil jurusan Majalengka, terus Kadipaten, Subang, Sadang, masuk Tol, sampai rumah di Bekasi jam 20.30 kira2 15 jam. Alhamdulilah lagi, sampai perantau dengan selamat.
Tahun depan begitu lagi.

Jumat, 07 Agustus 2009

43. KEJAHATAN DIJALAN

Aku sering melihat di TV mengenai kejahatan di jalan, di kendaraan umum ataupun di kereta. Kita sering dibuat sepertinya tidak berdaya, orang lain yang menyaksikan juga kadang2 hanya menyaksikan kemudian pergi, baru setelah kejadian orang berdatangan. Apakah betul kita tidak bisa mencegah, barang kali kalau sendirian memang tidak bisa, disamping mereka juga tidak sendirian, kita juga tidak tahu yang mana kawan mereka. Seperti misalnya kasus pencongkelan spion atau dop roda, dilakukan dengan cepat, biasanya di lampu merah dan menjelang hijau. Pada saat kejadian korban dibuat tak berkutik, sementara pengendara yang lain ingin segera melaju. Akhirnya si pencongkel aman2 saja.
Coba kita pikir, apa betul tidak bisa diatasi, menurut aku masih bisa, asalkan ada kesadaran masyarakat untuk saling membantu. Tetapi sebelumnya harus dijalin komunikasi, supaya ada kesepahaman, misalnya saja kalau ada yang melihat kejahatan segera membunyikan klakson, bagi yang mendengar segera ikut membunyikan klak son, dan tetap berhenti sebagai petanda telah terjadi kejahatan, dengan begitu pasti akan ada perhatian dari masyarakat lainnya. Disitulah kita bisa berbuat sesuatu. Kalau solideritas ini dapat terbentuk, maka untuk menangkal kejahatan tidaklah sulit. Tetapi kalau masih dihadapi sendiri, tentu orang belum tentu mau, karena kalau sudah nekat, penjahat itu mau melakukan apa saja. Hal ini lah yang perlu kita hindari.
AKu berharap melalui tulisan seperti ini akan menjadi awal kesadaran bersama, demi kepentingan bersama pula. Mulai dari situ keamanan akan tercipta, sebab kalau semua diserahkan kepada Polisi pasti tidak tertangani, karena jumlah polisi terbatas.

Kamis, 30 Juli 2009

42. GOTONG ROYONG YG MULAI PUDAR

Orang sering menyebut bangsa kita mempunya ciri khas Gotong Royong dan orang Barat punya ciri khas Individualistis susah mengatakan benar dan salah.

Dalam banyak hal khususnya di pedesaan jiwa gotong royong masih terasa kental, banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan bersama tanpa berfikir bayar membayar. Umumnya orang di desa tidak terlalu terikat soal waktu, jadi model kerja gotong royong masih sangat mungkin dilaksanakan. Lain halnya kalau sudah mulai bergeser ke perkotaan, orangnya heterogin, kerjanya beda2, maka pengaturan waktu tidak bisa diberlakukan seperti kalau orang di desa dimana sebagaian besar hidup sebagai petani.

Manakala waktu luang antara orang yang satu dengan yang lain sudah berbeda gotong royong mulai bergeser, bukan karena sifat orangnya yang berubah tapi masalah waktu. Pada jaman dulu waktu saya di kampung, kalau ada orang meninggal dunia para pelayat akan menunggu sampai jenazah dibawa ke pemakaman dan pelayat sebagian besar ikut sampai peristirahatan terakhir.
Sekarang sudah berbeda jauh, memang pelayat menunggu sampai jenazah di berangkatkan ke pemakaman, tetapi begitu jemazah berangkat pelayat juga berangkat pulang, yang ikut ke pemakaman hanya sedikit.

Disisi lain, banyak hal yang sekarang mulai diukur dengan uang, artinya pekerjaan yang dulu bisa dilakukan secara gotong royong, sekarang hanya dikerjakan beberapa orang dengan bayaran. Tetapi hal ini tidak perlu disesali, keadaan memang terus berubah, satu hal yang harus terus dipertahankan adalah solideritas, kalau itupun sudah tidak ada, maka tumbuhlah masyarakat yang Individualitis, kemudian Egois. Mudah2 nilai luhur yang namanya gotong royong tidak mati begitu saja.

Rabu, 29 Juli 2009

41. NAMA PAHLAWAN

Banyak nama-nama Pahlawan dipakai sebagai nama jalan, ini maksudnya pasti untuk memberi penghormatan kepada yang punya nama. Pemakaiannya biasanya disesuaikan dengan tingkat kepahlawanannya. Sebagaimana diketahui dalam tingkatan kepahlawanan sering kita kenal istilah pahlawan Revolusi dan pahlawan nasional. Untuk pahlawan dari kalangan tentara yang pangkatnya sudah berbintang 4 sering dipakai untuk jalan2 protokol. Tetapi bukan berarti bahwa semua jalan protokol di Jakarta sudah diberi nama pahlawan. Mari kita ingat-ingat sejenak. Kalau kita di Harmoni, yang menuju ke Pasar baru namanya Jl. Juanda, yang menuju Kota, sebelah kiri Jl. Gajah mada, sebelah kanan Jl. Hayam Wuruk, Yang menuju Roxi, samping Duta Merlin namanya Jl. KH. Hasyim Ashari, yang menuju Tomang, namanya Jl. SUryo Pranoto, sedangkan yang menuju ke Air mancur namanya Jl. Maja pahit, kemudian di sambung dengan Jl. Medan Merdeka Barat, kemudian disambung lagi dengan Jl. MH. Thamrin, terus disambung lagi dengan Jl. Jen Sudirman.
Di Daerah Blok nama Jalan memakai nama Raja atau kerajaan.
Ada yang sangat aneh, mengingat jalan ini juga termasuk jalan protokol, yakni Jl. disekitar Senin. Yang menuju Ancol namanya jl. Gunung Sahari, yang menuju ke arah Rumah sakit Cipto, namanya Jl. Kramat, kemudian disambung dengan Jl. Salemba, terus berlanjut dengan Jl. Matraman, dan sambung lagi Jl. Raya Bekasi. Baru yang menuju Kampung Melayu setelah lewat terminal namanya Jl. Otista. Pertanyaannya kenama Jl. Gunung Sahari, Jl. Kramat, Jl. Matraman kok tidak memakai nama Pahlawan, apakah sudah kehabisan nama Pahlawan. Atau nama yang ada sekarang lebih berarti dari pada nama Pahlawan. Kenapa pula tidak diseragamkan, semua jalan protokol memakai nama Pahlawan besar, jadi masyarakat mudah membayangkan besar jalan, biasanya kalau memakai nama Pahlawan Revolusi berarti jalan protkol. Yach sekedar kasih pandangan.

Selasa, 28 Juli 2009

40. WAKTU

Waktu.............,
Waktu aku kecil, aku tak tahu makna waktu,
Waktu seolah2 hanya rutinitas dari pagi-siang-sore lalu pagi lagi,
Waktu sering lewat begit saja tanpa makna,

Tetapi,
Tanpa terasa waktu pula yang sudah memindahkan ku dari masa anak2 ke masa remaja,
Waktu masa remaja,
Waktu mulai punya arti, kapan aku mau melakukan aktivitas harus berkompromi dengan waktu,
Waktu pagi, siang dan malam sudah punya pembagian aktivitas,
Waktu aku remaja, perjalan waktu mulai lebih cepat, sesuatu yang tidak kuselesaikan sesuai dengan rencana, namanya lewat waktu,
Waktu remaja kalau boleh ditawar, maunya jalannya lebih pelan, karena pada masa2 itu sering dikatakan masa yang indah,

Kini,
Waktu pula yang membawa aku sampai usia setengah abad lebih,
Tidak terasa, kendaraan yang satu ini, kecepatannya tidak bisa diukur, bukan karena terlalu cepat atau terlalu lambat, tetapi terlalu konsisten,
Waktu terasa cepat sekali berlalu, apalagi kalau kita menengok kebelakang, jejak2 yang pernah kita lewati tidak terlihat lagi, hanya kenangan yang indah saja terus teringat dan tidak lekang dimakan waktu.

Pada waktu senang, waktu seolah2 di gas kencang sekali sehingga cepat berlalu, sehingga kenikmatan hanya sebentar,
Pada waktu sedih, waktu seolah2 direm habis2an, sehingga terasa seolah2 kesedihan terasa terlalu lama.

Akhir waktu pula yang dapat memisahkan kita, antara kita sesama, atau antara kita dengan kehidupan.

Maka pandai-pandailah memanage waktu.

Senin, 20 Juli 2009

39. PEMILU

Pemilu di Indonesia dibagi dalam 3 phase, phase 1, pemilu jaman orla, phase2 pemilu jaman Orba dan phase 3 pemilu jaman reformasi. Pemilu jaman orla konon katanya paling demokratis, diikuti oleh banyak pastai, tapi saya belum menangi.
Pemilu jaman orba, satu kali diikuti oleh banyak partai dan selanjutnya diikuti oleh dua partai politik dan satu golongan karya. Saya tidak tahu persis, kenapa waktu itu pakai istilah dua partai politik dan satu golongan karya, subtansinya tetap tiga partai, karena cuma namanya saja tidak pakai istilah partai, melainkan dengan istilah golongan, tetapi praktek dan perilakukannya tidak ada bedanya dengan partai politik. Dua partai politik jaman orba sudah dikebiri, jadi tidak bakal bisa mendapat suara yang berarti, tujuannya memang hanya sekedar sebagai pelengkap demokrasi. Seiring bangkitnya kebebasan, pada jaman reformasi ini, PEMILU selalu diikuti oleh puluhan partai, tetapi partai besarnya tetap hanya tiga, selebihnya sebagai penggembira saja. Timbul pertanyaan, kenapa orang sedemikian bernapsu untuk mendirikan partai politik, padahal partai politi yang didirikan oleh orang kurang terkenal, umumnya hanya bisa menjadi peserta, sedangkan hasilnya? nggak ada apa-apanya.
Seperti biasa, selama masa kampanye, para kandidat baik Caleg maupun Capres, saling mengkritik dan saling mengumbar janji. Seperti yang baru lalu, partai opsisi mengkritik partai pemerintah, sedangkan partai pemerintah sibuk membalas. Kemudian mereka saling mengumbar janji, kalau terpilih akan begini dan begitu, seolah-olah berlebihan atau memang berlebihan, dipihak yang lain mengatakan bahwa banyak janji yang tidak masuk diakal. Sebetulnya sangat beruntung kalau akan yang mau mengobral janji karena dengan demikian, nanti kalau betul2 terpilih, para pemilih dapat menagih janji. Karena kalau tidak berjanji, artinya kalau terpilih tidak ada yang bisa ditagih. Terus bagaimana dong???. ya sudah kita tunggu saja hasilnya, siapa yang mendapat kesempatan untuk membuktikan janjinya waktu kampanye.

Sabtu, 18 Juli 2009

38. Main Bom

Belum lama ini masyarakat Jakarta khususnya dan Indonesia umum dikejutkan oleh Bom yang lagi-lagi meledak di Hotel Merriot untuk yang kedua kalinya. Korbannyapun banyak, orang begitu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keyakinan yang sempit. Begitulah perbuatan teror selalu berfikir sempit, tapi sebetulnya apa sih yang ingin di capai kok tega-teganya mengorbankan orang lain yang tidak tahu menahu urusannya.
Main Bom menjadi lain kalau kita bawa ke masa lalu, dimana waktu itu main Bom adalah hal yang menyenangkan. Dengan segumpal tanah liat yang sangat mudah didapat, anak2 bisa bergembira ria memainkan tanah tersebut sebagai Bom. Cara mainnya sederhana, dengan segumpal Tanah tadi, kita bikin kotak, setelah itu kita injek dengan tumit, sehingga membentuk cekungan pada tanah tadi, selanjutnya kita tanah tadi kita banting ke tanah dengan cekungan tadi menghadap ketanah. Maka bila posisinya tetap bantingan tanah tadi akan menimbulkan bunyi ledakan walaupun tidak terlalu keras, disitulah anak bersorak sorai. Mainan seperti itu saat ini sudah tidak ada lagi. Anak2 dikampung sudah lebih mengenal HP dari pada mainan tadi. Kapan2 kalau mudik kalau sempat ingin mencoba mainan itu lagi.

Rabu, 18 Maret 2009

37. ISENG- ISENG DALAM KEMACETAN

Soal kemacetan lalu lintas diJakarta semua orang sudah tahu, semua orang sudah merasakan, tetapi belum semua menerima sebagai seuatu kenyataan. Kita tahu macet itu tidak nyaman, tetapi mau apa, pakai kendaraan sendiri ? setres, naik angkutan umum ngetem melulu, naik motor ? kena angin kena hujan, murah dan cepat tapi kurang nyaman.
Saya mencoba menerima itu sebagai kenyatan, karena saya berdaya untuk berbuat sesuatu yang dapat mengurangi kemacetan. Sementara itu di jalan K.Malang sambil iseng2 memperhatikan isi kendaraan yang lewat.
Untuk mobil pribadi umumnya isi satu atau dua orang, memang dijalan itu tidak ada pembatasan jumlah penumpang dalam kendaraan. Yang ironis adalah angkutan2 kecil seperti Mikrolet, Koasi, atau metro mini.
Pasalnya, pada pagi hari, musimnya orang berangkat ke kantor, tentunya banyak orang yang membutuhkan angkutan mestinya angkutan2 kecil yang saya sebut tadi harusnya penuh yang berarti panen.
Kenyataannya tidak demikian, kendaraan yang bergerak rata2 penumpangnya hanya 50 %, ada satu dua yang penumpangnya penuh, kalau yang sudah penuh mereka ngacir terus tidak berhenti2. Tetapi untuk mencapai penuhi perlu ngetem berkali2, resikonya penumpang mengumpat atau bahkan turun cari angkutan yang lain.
Jadi kalau melihat hal demikian, sebetulnya saat ini sebagian besar penumpang angkutan2 kecil tadi sudah pada pindah kemotor, artinya memakai motor sendiri, karena untuk memiliki motor, saat ini saratnya sangat mudah, hanya dengan Rp. 500,000.- sudah bisa membawa pulang motor.
Kita kembali keangkutan tadi, berarti sebetulnya jumlahnya saat ini sudah melebihi kebutuhannya, mungkin pada saat dikeluarkan ijin trayek memang segitu kebutuhannya.
Kini giliran pejabat perhubungan atau instansi yang mengeluarkan ijin trayek yang harus mengevaluasi jumlah kendara yang beroperasi. Bisa dibayangkan pada pagi hari saja penumpang sepi apalagi kalau siang hari atau waktu hari libur. kalau dibiarkan pasti para pengusaha angkutan akan mati bersama. Ini hasil iseng2 apa lagi kalau betul2 pasti hasil analisanya lebih konkrit.

Selasa, 03 Maret 2009

36. JELANG PEMILU

Hari2 belakangan ini hampir diseluruh pelosok tanah air lagi marak menyambut pemilu 2009. Bendera parpol terpasang dimana, gambar2 caleg terpampang disiap sisi jalan. Saking banyaknya gambar2 tersebut susah untuk mengamati dengan cermat. Yang diuntungkan pabrik tekstil dan pabrik kertas karena omsetnya pasti naik dengan significant.
Melihat begitu banyak gambar2 partai maupun gambar Caleg, terus terang saya jadi bingung. Kata orang kalalu bingung suruh jongkok, tetapi tetap saja bingung bagaimana tidak. Orangnya hampir 100 % tidak saya kenal, janjinya semua baik, terus mau pilih yang bagaimana ? mosok mau dipilih semua, atau sebaliknya tidak dipilih semua.
Saya salut kepada para caleg, karena punya keberanian untuk maju sebagai calon wakil rakyat. Persoalannya tidak berhenti disitu, seberapa jauh punya kemampuan untuk memikirkan rakyat yang memilihnya.
Walaupun demikian, saya terus berdoa kepada yang terpilih jangan lupa janjinya, kepada yang tidak terpilih sabar, tunggu pemilu berikutnya.
Menurut pendapat saya sebaiknya sih jumlah partai tidak perlu sebanyak itu, karena biaya pemilu jadi membengkak, sementara disana sini masih banyak rakyat yang miskin. Ini baru pemilu Legislatif dan DPD, bagaimana nanti kalau pemilu Presiden, pakai diulang lagi, katanya biar ada yang mencapai 51% suara.
Dalam pemilu demikian dana yang berputar besar sekali jumlahnya baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah, oleh Partai maupun oleh Para Caleg.
Pesan saya kalau sudah terpilih jangan cari pulihan.

Jumat, 16 Januari 2009

35. JEMBATAN TIMBANG

Jembatan Timbang, dari namanya jelas, fungsinya untuk menimbang, yang ditimbang adalah kendaraan pengangkut barang, untuk mengetahui berat kendaraan berikut muatan, dari situ akan diketahui apakah kendaraan dan muatannya masih dalam batas yang diijinkan.
Penentuan batas berat kendaraan didasarkan dengan kemampuan jalan dalam menanggung beban, supaya jalanan tidak cepat rusak, karena kalau cepat rusak tentu saja biaya perbaikan jalan jadi mahal. Seharusnya jembatan timbang bukan sebagai alat untuk mencari pendapatan.
Jadi bila kedapatan kendaraan membawa muatan melebihi ketentuan, seharusnya diturunkan, dan boleh meneruskan perjalanan bila muatan kendaraan yang melebihi batas telah diturunkan. Bila cara ini dapat dijalankan pasti jalan akan tahan lebih lama.
Tetapi dalam prakteknya, kendaraan yang melebihi batas muatan, diminta membayar keloket kemudian boleh meneruskan perjalan tanpa harus menurunkan kelebihan muatannya.
Dari sini timbul pertanyaan, kemana uang pungutan yang diterima itu disalurkan, apakah ke kas negara atau masuk ke saku masing2 oknom petugas. Seandainya pun uang itu masuk ke kas negara, pasti tidak setimpat dengan tingkat kerusakkan yang disebabkan oleh kelebihan beban. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa di jalan pantura setiap tahun menjelang lebaran selalu ada proyek perbaikan, alasan supaya pemudik lebih nyaman.
Sungguh prihatin bila fungsi dari jembatan timbang tidak dijalankan sebagaimana mestinya, maka janganlah heran bila jalan rusah melulu, dan kalau diperbaiki kualitasnya kurang sesuai dengan kebtuhan, maka jadinya proyek berjalan sepajang tahun.