Rabu, 18 Maret 2009

37. ISENG- ISENG DALAM KEMACETAN

Soal kemacetan lalu lintas diJakarta semua orang sudah tahu, semua orang sudah merasakan, tetapi belum semua menerima sebagai seuatu kenyataan. Kita tahu macet itu tidak nyaman, tetapi mau apa, pakai kendaraan sendiri ? setres, naik angkutan umum ngetem melulu, naik motor ? kena angin kena hujan, murah dan cepat tapi kurang nyaman.
Saya mencoba menerima itu sebagai kenyatan, karena saya berdaya untuk berbuat sesuatu yang dapat mengurangi kemacetan. Sementara itu di jalan K.Malang sambil iseng2 memperhatikan isi kendaraan yang lewat.
Untuk mobil pribadi umumnya isi satu atau dua orang, memang dijalan itu tidak ada pembatasan jumlah penumpang dalam kendaraan. Yang ironis adalah angkutan2 kecil seperti Mikrolet, Koasi, atau metro mini.
Pasalnya, pada pagi hari, musimnya orang berangkat ke kantor, tentunya banyak orang yang membutuhkan angkutan mestinya angkutan2 kecil yang saya sebut tadi harusnya penuh yang berarti panen.
Kenyataannya tidak demikian, kendaraan yang bergerak rata2 penumpangnya hanya 50 %, ada satu dua yang penumpangnya penuh, kalau yang sudah penuh mereka ngacir terus tidak berhenti2. Tetapi untuk mencapai penuhi perlu ngetem berkali2, resikonya penumpang mengumpat atau bahkan turun cari angkutan yang lain.
Jadi kalau melihat hal demikian, sebetulnya saat ini sebagian besar penumpang angkutan2 kecil tadi sudah pada pindah kemotor, artinya memakai motor sendiri, karena untuk memiliki motor, saat ini saratnya sangat mudah, hanya dengan Rp. 500,000.- sudah bisa membawa pulang motor.
Kita kembali keangkutan tadi, berarti sebetulnya jumlahnya saat ini sudah melebihi kebutuhannya, mungkin pada saat dikeluarkan ijin trayek memang segitu kebutuhannya.
Kini giliran pejabat perhubungan atau instansi yang mengeluarkan ijin trayek yang harus mengevaluasi jumlah kendara yang beroperasi. Bisa dibayangkan pada pagi hari saja penumpang sepi apalagi kalau siang hari atau waktu hari libur. kalau dibiarkan pasti para pengusaha angkutan akan mati bersama. Ini hasil iseng2 apa lagi kalau betul2 pasti hasil analisanya lebih konkrit.

7 komentar:

Mbah Suro mengatakan...

Sistem transportasi di Jakarta kalo tidak ditata dengan baik, 2 tahun kedepan akan terjadi stagnasi, Jakarta akan macet total.

eyang bethoro mengatakan...

mas, saya 7 maret yl lewat kalimalang lancar2 saja tuh.
malah ketemu mbah suro.
kalo tahu mas sito di bekasi pasti saya cari.
wass

Unknown mengatakan...

kalau di Purworejo tercinta macetnya waktu lebaran, rasanya seneng banget lihat mobil banyak ber-plat B, anyar tur kempling, tapi sopirnya tampangnya kok serem2, kalau simpangan diem aja, apa hidup di kota jadi bikin orang males senyum po yo? he..he...
salam dari cahpurworejo www.purworejo.asia

Anonim mengatakan...

soale jakarta jadi pusat segalanya mas...

pusat pemerintahan

pusat pendidikan

pusat perdagangan

pusat budaya

coba kalau misalnya pusat pemerintahan pindah ke Balikpapan misalnya... (weww.. maw nya) kantor2 departemen di balikpapan...

trus pusat pendidikan di Purworejo yang terkenal dengan ketenengannya.. UI pindah, IKIP Jkt pindah, UKJ pindah jadi UKP,

trs yang lain di ratakan...

pasti indonesia lebih sip....

yang baca blog ini ada yang nyalonkan jadi presiden ga? aku titip usul itu klu bisa...

salam kenal:

http://ekojuli.wordpress.com/

Sugeng Kariyodiharjo mengatakan...

Menapa menika sanes pratanda Indonesia sampun gemah ripah ???

Anonim mengatakan...

Terima kasih kepada semua yang peduli dengan masalah transportasi, apapun alasannya dan bagaimanapun caranya, masalah transportasi harus segera diatasi khususnya di kota2 besar. Kota kecilpun harus merencanakan sistem transportasinya, karena kalau tidak dirancang dari awal dan baru berfikir setelah macet, semuanya menjadi terlambat.
Massito

gakpede mengatakan...

di tempat saya ya podo wae mas,
stres yg timbul di perjalanan kadang lebih tinggi ketimbang stres di kerjaan
itulah brkali yg bikin muka jadi serem, mahal senyum