Kamis, 26 Juni 2008

Segi Empat Emas.

Purworejo, Kutoarjo, Ketawang, Congot merupakan segi Empat Emas di Kabupaten Purworejo. Keempat tempat tersebut dihubungkan Jalan yang sudah mulus, yakni jln Kutoarjo-Ketawang-Congot-Pangen-Kotuarjo. Diwilayah ini merupakan lumbung pagi pagi Purworejo Selatan. Saat ini ada empat jalan membujur ketimur pada wilayah tersebut Yakni Kutoarjo-Pangen, Sangubanyu-Jenar, Grabak-Purwodadi dan Ketawang-Congot. Jalan membujur dari utara ke selatan baru ada dua yakni Pangen-Congot dan Ketawang-Kotoarjo. Jalan Ngombol-Ngangkruk-Rumah sakit lewat Banyuurip, Sebelah Barat lagi, jalan Wunut, Wingkomulyo, Demplo, Banyuurip. Kalau jaman dulu Jalan Wingko-Demplo bisa langsung ke Condong, saat ini sudah putus di Demplo. Kemudian kebarat lagi ada jalan dari Mijoyo seboro pemudian Tegal miring. Alangkah baiknya kalau jalan-jalan yang sudah itu dapat ditingkatkan lagi, Sehingga daerah daerah tersebut menjadi lebih mudah eksesnya. Pembangunan memjadi terasa merata bila jalan tersebut diperbaiki, supaya memudahkan anak2 yang akan sekolah. Ini sekedar usulan, mudah2 an didengarkan oleh yang berwenang di Kab Purworejo.

Jumat, 20 Juni 2008

Forum Purworejo, Blog Komunikasi Blogger Purworejo: Yang Mau Di Link

Saya agak heran, dijakarta masih banyak orang yang belum tahu kota purworejo, tak apa, mungkin orang tersebut memang kurang luas pengetahuannya. Sebagai orang berasal dari purworejo akan selalu mengenang purworejo.

Sabtu, 14 Juni 2008

Pulang Mudik.

Tiga bulan lagi kita mudik, saya ingin bagi informasi jalur mudik, jalur ini beberapa kali saya lalui dan ternyata lancar. Saya sering menyebut jalur tengah. Dari Jakarta, kita lewat tol dan keluar di tol sadang, terus menuju Subang, Kadipaten, kalau belok kiri menuju Cirebon, disini sering macet karena pertemuan dengan jalur Pantura. Saya biasanya dari Kadipaten belok kanan menuju Majalengka, terus kawali dan cikijing, dari situ ambil jurusan Ciamis terus belok kanan menuju cilacap. jalur ini tidak begitu ramai, kendaraan besar tidak banyak, motorpun tidak banyak, Bagi yang naik motor, jalur ini juga tidak begitu ramai. Tetapi pertengahan majalengka ciamis, jalan naik dan berkelok. Dibanding jalur pantura, jalur ini lebih jauh kira2 30 km, tetapi sepanjang pengalaman saya jalur ini bisa lebih cepat karena tidak macet. Setelah Ciamis, kendaraan mulai ramai dan motor dari Bandung mulai banyak. Di wangon kita ketemu pemudik yang lewat pantura. Dan seterusnya ketimur gabung dari berbagai jurusan. Ada tiga jalur yang sudah saya coba, termasuk melalui Bandung, alternative ini masih bisa dipilih. Sebaiknya kalau mau lewat jalur ini berangkat dari Jakarta malam menjelang pagi. Dijalur ini antara sabang sampai Subang lewat hutan karet, memang agak sepi. Kalau siang tidak terlalu panas. Selamat mencoba bagi yang bosan macet.

Jumat, 13 Juni 2008

Judul tanpa arah

Kata2nya singkat yaitu" DEMO", sering disamakan dengan unjuk rasa. Kalau demo masak, unjuk kepandaian memasak untuk menyajikan makanan yang unik dan enak. Kalau yang ramai dijalan unjuk rasa juga, tapi sering menjadi unjuk Raga. Saling lembar benda, siapa yang salah???. ya salah semua. Tujuan awal mulia, tapi caranya ya begitu. Persoalannya kalau belum ada korban sering dianggap sepele, baru setelah ada korban semua menjadi sibuk, seolah2 peduli dengan pengunjuk rasa. Sebetulnya, terlepas salah atau benar cara penyampaiannya, tetapi semakin banyak Demo berarti ada sesuatu yang tidak bisa dikomunikasikan dengan jelas. Pada jaman Pak Harto ALm, sering mengatakan supaya kita pandai membaca tanda2 jaman, kalau basa jawanya tanggap in sasmito. sayangnya ketika itu Pak Harto sendiri yang tidak bisa membaca tanda2 jaman, sampai akhirnya mundur karena didemo maha siswa, itu artinya dulu pendemo yang menaikan sekarang pendemo yang menurunkan, ya sudah balik modal. Itulah sekedar uangkapan yang tidak jelas mau kemana arahnya.

Senin, 09 Juni 2008

Keprihatinan

Hampir tiada hari tanpa demonstrasi, heran, dimana yang salah?. Ini suatu sebab akibat, seseorang mendemo, karena ada sesuatu yang dituntut. Kalau tuntutan tidak dipenuhi, timbul pemaksaan kemudian berujung pada kekerasan. Jadi demo yang bisa diartikan UJUK RASA berubah menjadi UJUK RAGA. Akhirnya timbul korban yang rugi kita semua. Sayangnya sudah didemo, sering tidak dihiraukan, kalau sudah jatuh korban, baru pada sibuk mencari siapa yang salah. Mbok coba sebelum ada korban, dengarkan tuntutan pendemo, pasti ada benarnya, walaupun sering juga ada salahnya. Yang penting bukan salah dan benar, mari coba mawas diri, kenapa orang cenderung ingin demo, tentu ada kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Seperti yang terakhir ini, BBM naik kemudian marak demo dimana. Memang kenyataan, begitu BBM naik, harga barang2 ikut naik. Jadi kalau alasannya unutk menghilangkan subsidi untuk orang kaya, ya batasi saja pengisian BBM oleh mobilnya orang kaya. Tetapi dengan menghapuskan BBM bersubsidi, kemudian ada BLT, padahal BLT sebulan seratus ribu, tidak nutup untuk kenaikan harga secara keseluruhan.
Yach mudah2 an ada perbaikan bagi semua.