Jumat, 13 Juni 2008

Judul tanpa arah

Kata2nya singkat yaitu" DEMO", sering disamakan dengan unjuk rasa. Kalau demo masak, unjuk kepandaian memasak untuk menyajikan makanan yang unik dan enak. Kalau yang ramai dijalan unjuk rasa juga, tapi sering menjadi unjuk Raga. Saling lembar benda, siapa yang salah???. ya salah semua. Tujuan awal mulia, tapi caranya ya begitu. Persoalannya kalau belum ada korban sering dianggap sepele, baru setelah ada korban semua menjadi sibuk, seolah2 peduli dengan pengunjuk rasa. Sebetulnya, terlepas salah atau benar cara penyampaiannya, tetapi semakin banyak Demo berarti ada sesuatu yang tidak bisa dikomunikasikan dengan jelas. Pada jaman Pak Harto ALm, sering mengatakan supaya kita pandai membaca tanda2 jaman, kalau basa jawanya tanggap in sasmito. sayangnya ketika itu Pak Harto sendiri yang tidak bisa membaca tanda2 jaman, sampai akhirnya mundur karena didemo maha siswa, itu artinya dulu pendemo yang menaikan sekarang pendemo yang menurunkan, ya sudah balik modal. Itulah sekedar uangkapan yang tidak jelas mau kemana arahnya.

3 komentar:

paromo suko mengatakan...

pelajaran pertama:
b e l a j a r m e m b a c a t a n d a - t a n d a

setuju, mas

Pursito mengatakan...

Terima kasih Mas Romo, memang tanda2 itu penting. karena tanda itu isyarat. Terima kaish.

Mbah Suro mengatakan...

Di Jakarta rame-rame melanggar tanda lalu-lintas alias pelanggaran masal. Lha kalau tidak ikut melanggar malah ciloko (ditabrak dari belakang)
Tanda apa ini? Apa bisa dikatakan "demo" Pak?