Kamis, 30 Desember 2010

HOBY BEREBUT

Beberapa hari menjelang final AFF kita sering melihat masyarakat yang berebut ingin membeli ticket pertandingan final antara Indonesai melawan Malaysia, padahal waktu itu pertandingan masih beberapa hari lagi. Banyak yang pinsan, bahkan ada yang meninggal. Masyalahnya karena tempat terbatas, diperebutkan oleh orang yang jumlahnya melebih tempat yang tersedia, sedangkan semua ingin mendapat bagian.
Suatu hal yang tidak mungkin bila ada barang 100 diperebutkan orang 200, akan dapat semua, pastinya yang seratus orang tidak kebagian.
Padahal kalau dilihat harga karcis juga tidak murah, tapi orang tetap berebut, apalagi kalau gratis pasti berebutnya lebih hebat, seperti kalau ada pembagian daging korban atau pembagian zakat yang sering terjadi menjelang lebaran. Jadi sesungguhnya memang sebagian rakyat kita masih senang berebut, barangkali kalau berhasil melalui perebutan akan lebih bergengsi. Makanya kalau ada even jangan diberi nama perebutan piala, karena jadinya betul-betul perebutan.
Dari sini terlihat bahwa orang masih sering tidak sabar, kalau dirasa tidak akan mungkin dapat sudahlah mundur saja dari pada hancur. Rasanya belum ada konsep yang bisa menjawab kebiasaan berebut yang selama ini sering sekali kita lihat di TV. Apakah orang kita terlalu antusias dalam segala hal, sehingga bila ada even yang aromanya berbagi-bagi selalu saja berebut, berebut dan berebut, sampai kapan?

Rabu, 29 Desember 2010

LAYU SEBELUM BERKEMBANG

Sedih saya melihat hasil pertandingan Team nas Garuda yang dikalahkan oleh Malaysia 3-0, sedih sekali. Sambutan, pujaan, betapa meriahnya tetapi tidak sanggup menjadi pendorong untuk menang dari Malaysia. Padahal, sebagian besar rakyat Indonesia optimis akan menang dengan mudah di Malaysia, karena dengan begitu tugas di leg 2 semakin ringan, tapi kenyataannya terbalik dari harapan semuan orang. tak berkutik.

Sekilas menengok kebelakang, waktu di senayan mengalahkan malaysia 5-1, kemudian mengalahkan Laos 6-0. Setelah itu grafiknya cenderung menurun. Kemenangan 2-1 dari Thailand kurang menggambarkan keunggulan teknik, karena dihasilkan dari penalty dua-duanya. Ok walaupun melalui penalty, kemenangan tetap kemenangan. Kemudian waktu melawan Philipine yang katanya tandang yang numpang di Senayan pada dasarnya tetap dikandang sendiri, hanya mampu menang 1-0 begitu juga waktu leg 2 juga hanya 1-0. Philipine memang terlihat lebih bagus, tetapi itulah hasilnya secara agregat menang 2-0. Terus malam ini bagaimana?. peluang tetap ada walaupun sangat tipis, pelatihnya bahkan pesimis karena peluangnya katanya hanya 10 %. Kasihan. Belum apa-apa sudah disanjung-sanjung bagai juara.
Sebagai warga negara, saya tetap berharap Team Garuda menang dan menjadi juara, masalahnya minimal harus menang 4-0, bukan hal yang mudah. Tetapi dari semua itu Team nas memang perlu terus berlatih, dan harus konsisten jangan pasang surut. Juara belum tenaga sudah habis.

Jumat, 24 Desember 2010

DEMAM SEPAKBOLA

Akhir-akhir ini seluruh masyarakat Indonesia sedang demam sepakbola, acara TV dipenuhi dengan ulasan mengenai sepakbola. Tidak ada salahnya, karena sudah terlalu lama Timnas kita tidak pernah mempersembahkan PIALA dari turnamen apapun.
Melihat keadaan sekarang semua masyarakat berharap, kini saatnya Timnas kita dapat memboyong PIALA AFF. Selama ini buka berarti tidak berprestasi, menurut catatan sudah Timnas kita sudah 4 kali masuk final, tetapi selalu kandas sdan hasilnya nihil.
Keadaan sekarang agaknya akan membuktikan keinginan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan suntikkan 2 pemain hasil naturalisasi, kini Timnas mulai angkat bicara. Menurut saya Timnas yang ada saat ini rasanya secara mental sudah lebih siap untuk menjadi juara.
Kompetisi liga, atau apapun namanya sudah berputar setiap tahun, pemain asing dibayar, tapi Timnasnya belum bisa bicara ditingkat "ASEAN", barang kali kini saatnya para pemain bisa menimba ilmu banyak dari para pemain asing. Dengan 2 pemain naturalisasi, dimana tidak selalu dipasang dua-duanya, toh Timnas bisa kompak, asal jangan anti klimaks pada final. Mudah-mudahan sanjungan, janji hadiah dan pemberitaan saat ini tidak menjadikan Timnas menjadi lengah. Masih ada 2 pertandingan, yakni tgl 26 Des 2010 dan tgl 29. Target harus menang dikandang lawan, paling minim draw, baru nanti waktu dikandang sendiri dikebut untuk menang. Kalau dikandang lawan sampai kalah, tugas main dikandang cukup berat, karena para sporter kalau melihat Timnya main jelek, pujaan bisa menjadi cacian. Mudah2an Timnas dapat mengobati kehausan akan prestasi sepakbola nasional yang menjadi olah raga paling populer diseluruh dunia. Semoga.

Sabtu, 18 September 2010

BUDAYA ANTRI VS TAKUT TIDAK KEBAGIAN

Seminggu sudah lewat, kita semua kembali pada rutinitas sehari-hari, jiwa kita habis dicuci selama satu bulan penuhi, diharapkan bisa memperbaiki kebiasaan-kebiasaan kita yang kurang baik.
H-7 sampai H+7 adalah saat dimana para pemudik menjadi obyek pemberitaan, entah karena sedang terjebak kemacetan, atau menjadi korban kecelakaan lalu lintas atau malah menjadi penyebab kemacetan.
Budaya ngantri selalu relevan untuk terus didengungkan, karena ternyata ANTRI ternyata masih sangat jauh untuk menjadi budaya kita. Di banyak kesempatan kata-kata itu hanya akan menjadi slogan dan menjadi barang antik yang harus dilestarikan dan tidak tersentuh menjadi hal rutin atau menjadi perilaku keseharian.
Bila keadaan memaksa ternyata orang bisa juga ngantri, tetapi diluar keadaan itu masyarakat kita sudah diharapkan untuk bisa antri.

Keaadaan dijalan raya sering macet total, karena orang tidak mau mengantri, orang-orang takut tidak kebagian jalan, maka saling memotong. Kalau orang bisa merasa tidak takut tidak kebagian jalan maka orang mungkin akan mau mengantri. Dengan saling nyrobot berarti menyerobot haknya orang lain untuk bisa menikmati jalan menjadi lebih lancar, tapi biarlah itu tugasnya aparat terkait.

Sering kita melihat orang berebot untuk mendapatkan sodakoh. Yang membagikan jelas bermaksud baik, karena ingin berbagi kebahagian dengan orang yang kurang mampu. Tetapi kembali lagi, karena ada rasa takut tidak kebagian, maka saling berebut berdesakkan, bahkan ada yang meninggal pula.

Belum lama ini acara open house di istana juga memakan korban, orang berdesakkan. Disitu tergambar orang takut tidak bisa masuk, kalau tidak bisa masuk artinya bisa tidak kebagian.

Rupa untuk hal-hal tersebut masyarakat kita sering dihinggapi rasa kekawatiran, seolah-olah kalau tidak berebut berarti tidak kebagian. Bagi orang yang kebetulan menjadi panitia dalam acara-acara tersebut, pasti selalu mengharapkan bahwa orang-orang akan ngantri. Tapi kenyataannya........................ terus kapan antri akan menjadi budaya kita.