Kamis, 27 November 2008

34. RADIO

Alat elektronik ini dulu pada masanya pernah menjadi barang mewah, harganya pun sangat tinggi, kalau ukuran orang desa waktu itu harga satu radio bisa sampai 10 kwintal padi, makanya pada waktu itu didesaku hanya ada 2 orang yang punya radio. Ukurannya pun sangat besar.
Generasi berikutnya mulai ada radio kecil2 kotaknya dari plastik. Yang paling terkenal waktu itu adalah radio merk Cawang.
Karena kurangnya hiburan, khususnya d pedesaan, Semua acara yang disiarkan radio merupakan hiburan satu2nya. Ketika itu belum banyak radio swasta, jadi yang paling dominan adalah RRI, tentu acaranya sudah diatur oleh pemerintah.
Setelah mulai muncul radio amatir, acaranyapun mulai berkembang, segment anak muda remaja menjadi acara yang sangat menhibur. Pilihan pendengar adalah salah satu acara hiburan yang sangat disenang oleh anak2 muda, pada saat acara tersebut banyak anak2 yang hanya duduk mendengarkan penyiar membacakan para pemesan lagu, berharap kalau2 namanya disebut karena mendapat kiriman lagu.
Khusus untuk anak muda remaja pilihan pendengar merupakan sarana PDKT kepada lawan jenis yang ditaksir, waktu itu menyatakan perasaan secara langsung masih malu2. Aneh kadang2 lagu yang diputar hanya beberapa, padahal waktunya umumnya 1 jam, kebanyakan pemesan lagu.
Acara lainnya adalah REMAJA RADIO CLUB, acara ini merupakan acara jalinan komunikasi antara pendengar dan penyiar atau sebaliknya dan antara pendengar dengan pendengar, media komunikasinya waktu itu hampir semuanya pakai surat. Belum ada telpon dirumah2.
Untuk orang tua umumnya kesenian tradisional, seperti Kethoprak, Wayang orang, dan wayang kulit.
Saat ini setelah radio meraja lela, ditambah lagi dengan televisi, acara2 radio banyak ditinggalkan.
Kecuali untuk daerah terpencil, radio masih berperan.
Bagi anak2 yang lahir tahun 70 an radio sudah tidak banyak artinya.
Sekedar bernostalgia.

10 komentar:

Indro Saswanto mengatakan...

Salut mas... blognya makin cantik. Maju terus.......!!!
Mengenai radio saya inget jadul kalao Bung Karno pidato banyak yang ngerubung radio untuk mendengarkan. Bahkan yang tidak bisa bahasa indon pun ikut bersorak2 sambil tepuk tangan. Sangat meriah..

Anonim mengatakan...

GSP PTDI/Swara kenanga apik apik acarane kang

ha ha

Pursito mengatakan...

Terima kasih mas Indro, pokoknya continues improvement. Masalahnya setelah merajalelanya TV, radio mulai tersingkir, tapi tak mungkin dilupakan sama sekali.
Mas karebed,
Jaman dulu yang ngetop di PWR radio IAIN, kemudian RPD, sekarang sudah tidsak mengikuti.

Anonim mengatakan...

Paling suka dengar siaran langsung sepakboal di RRI... ingat saat Ribut Waidi menyumbang gol untuk emas sea games bagi Indonesia , heboh sekali siaran laporan pandangan mata-nya , seakan pendengar turut hadir di stadion...sekarang tinggal kenangan, tak ada lagi siaran seperti itu

Anonim mengatakan...

Setuju mas Raf,
Siaran pandangan mata lebih menegangkan, ditambah dengan suara reporternya yang bagus, pokoknya seru.

suparno jumar mengatakan...

Radio?
Tak tergantikan.
Ingat Radio di era 80an adalah sandiwara SAUR SEPUH (sore hari) yang biasa di putar di Amatron (kalo gak salah).
Kalo siang yo oyon-oyon...(lebar bali dari sawah atau pulang sekolah). Biasa di dengar sambil ngaso.
Kalo pagi jam 5an siaran berita BBC di gelombang SW... Suaranya khas sampai sekarang.

Saat ini, di manapun kita berada, di saat yang sama di tempat yang berbeda kita bisa tahu apa yang terjadi di dapat informasi.

Apalagi Radio Satelit yang acaranya bisa lebih khusus...

Salam dari Bogor

Anonim mengatakan...

Mas Cahmbegelen terima kasih,
Radio memang media lebih real time, khususnya radio2 swata yang sering menyiarkan on the spot,
hidup radio.

Mbah Suro mengatakan...

Mbiyen aku termasuk sing paling goblog ngkali, diapusi karo kancaku yen radio transistor jare isine yo ono gamelan, gitar, drum lan alat musik liyane, ngono yo percoyo wae. Mas Triman! Awas yo engko gantian tak apusi.. Nostalgia.... ha3x..

Anonim mengatakan...

Ketika itu, yang tidak masuk akal pun bisa dipercaya, karena keterbatasan informasi, yg dulu nggak mungkin sekarang jadi mungkin.

Mbah Suro mengatakan...

* Mas Sito : Kok ikut-ikutan Mas Paromo, dari Nopember 08 gak muncul-muncul, Kemana saja Mas?