Minggu, 04 Agustus 2019

BELAJAR BERTANI

Bertani beda dulu beda sekarang, jaman dulu semua dilakukan secara tradisional, dengan tenaga manusia, dan pupuk masih menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos.
Jaman sekarang untuk mengolah tanah sudah ada traktor dan selebihnya masih sama dengan dulu. jenis tanaman padi jaman dulu pada yang umurnya panjang bisa sampai 120 hari, kalau jaman sekarang paling lama 100 hari. Hasilnya sekarang bisa 3 kali lipat dari jaman dulu.
Semestinya para petani bisa lebih maju lagi bila tersedia mesin tanam dean mesin pembersih rumput (matun) itupun masih tergantung dengan tenaga dari daerah lain. suatu saat kalau orang tersebut tidak mau tenam padi maka para petani akan mengalami kesulitan menanam padi.
Dengan tulisan ini berharap ada masukan dari pembaca untuk saling bertukar pengalaman untuk bisa memajukan para petani. Dimana pemerintah saat ini sedang mencanang untuk berswasembada pangan. 
Alih profesi menjadi petani tujuannya untuk mengisi kegiatan dihari ta setelah pensiun dan tidak laku lagi kerja dikantor.
Penulis sangat berharap ada pembaca yang sudi memberikan masukkan.
Jakarta 7 Agustus 2019

Senin, 18 Desember 2017

PEMANDANGAN DI KETEP MAGELANG

pemandangan ketep 2013.

SANDIWARA SAKIT2AN

Dalam 2 minggu terakhir ini kita disuguhi sandiwara SN yang menjadi tersangka kasus korupsi, ini baru babak awal menjerat anggota dewan yang selama ini selalu terhindar dari jeratan hukum, mungkin saja memang tidak bersalah, bisa jadi hakim kurang yakin denagn bukti yang ada, makanya berlaku lebih baik melepaskan orang tidak bersalah daripada menghukum orang tidak bersalah.
Anehnya SN selalu ada di sekitar pusaran kasus2 besar dan menarik perhatian publik.
Mudah2an hakin dapat mengungkap kasusnya yang sedang dihadapi.

Jumat, 14 Maret 2014

Jakarta hujan sedikit banjir, kering sedikit kebakaran, susah memang, tetapi kenapa datang keJakarta, salah siapa? tidak usah mencari siapa yang salah, masalahnya segala perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di pacu di Jakarta saja dan sehingga orang berduyun2 menuju Jakarta. Orang bilang Ibukota lebih kejam dari Ibu tiri. salah sendiri sudah tahu kalau kejam tetapi masih mau datang juga.
Kita tidak ingin bicara bagaimana supaya tidak banjir, cuma ingin kasih masukkan supaya tidak menambah banjir. Tolong dong yang merasa tinggal di pinggir jalan kalau ada gotnya ya secara rutin dibersihkan supaya air tidak tumpah2 ke jalan, kalau air tumpah ke jalan jalan cepet rusak, dampaknya jalan jadi macet.
Sekarang kita susah memilih jalan yang tidak macet, kemana-mana macet, kalau ga mau macet ya dirumah saja. Karena  begitu kita keluar rumah juga sudah menjadi penyebab sekaligus konban kemacetan. memang tidak mudah dan tidak pernah mudah. Macwet sampai kapanpun  akan terus macet.
Terus bagaimana, biarkan yang memikirkan para pemakai jalan yang merasa kena macet, selagi tidak ada policy yang ekstrim, macet tidak akan pernah teratasi. silahkan pikir sendiri.

Selasa, 01 Januari 2013

Blog ini sudah lama ku tinggalkan, itu gara2 terlalu sibuk di face book, tetapi setelah sekian lama aku berkiprah di komunitas yg ringan dan lucu, aku pingin lagi kembali di Blog, semoga teman2 yg selama ini suka mampir di Blogku kini aku tampil kembali mudah2an bisa menjadi media bagi diriku sendiri atau bagi orang lain yang minat dng tulisan2ku. Semoga bermanfaat.

Minggu, 30 Januari 2011

MUDIK DILUAR LEBARAN

Tgl. 12 Januari 2011, aku berduaan dengan isteri mudik, kali ini aku mencoba melalui pantura, tetapi ini betul betul pantura. Berhubung suasana tidak liburan dan aku berangkat hari Rabu, keadaan jalan sangat sepi. Aku sengaja lewat tol Palimanan dan keluar di kanci, karena aku memang mau lewat tegal. Kalau hanya sampai Tegal aku sudah pernah lewat, tetapi untuk lanjut ke arah timur aku belum pernah. Maka kali ini aku mencoba ingin lewat Temanggung, aku hanya berpegang pata peta. Dari Cirebon - Tegal - Pemalang - Pekalongan - Waleri terus aku belok kanan menuju Temanggung. Dari Waleri ke Temanggung aku belum punya gambaran sama sekali. Jadi aku hanya menjagakan gambar jalan yang ada pada peta. Secara umum jalanan bagus, hanya saja begitu meninggalkan Waleri, jalanan mulai berkelok-kelok menanjak dan turun, memang asyik. Sebetulnya untuk jalan berkelok-kelok sudah biasa, karena kalau lewat Buniayu, jalanan juga berkelok. Cuaca sedikit mendung, waktu mulai masuk ke wilayah Temanggung, sudah sore sekitar jam 5 sore. Aku agak ragu-ragu apakah mau mau berhenti di Temanggung atau mau terus ke Magelang dan menginap di Magelang. Waktu melihataku sempat melihat arah jalan, ada petunjuk bahwa kalau belok kekiri, ke Parakan kalau lurus ke Temanggung, ketia itu aku ambil kirim menuju Parakan. Suasana sudah mulai gelap, ada tanda jarak, kalau sampai Magelang 23 km. Aku sudah hampir memutuskan berhnti dan menginap di Parakan, tetapi karena jalanan mulus tak terasa aku mluncur terus. jam 7 sampai Magelang dan aku memutuskan untuk berhenti. Kebetulan aku ingin beberapa bulan lalu aku menginap di Magelang, maka aku mencari tempat tersebut, persis di pinggir jalan raya Semarang - Magelang. Baru esok harinya aku meneruskan perjalan ke Purworejo, total jarak yang kutempub 550 km, ini berarti sama kalau dibandingkan kalau melalui Prupuk dan Bumiayu. Waktu kembali ke Jakarta, aku sengaja memilihntuk lewat Bandung, waktu start KM aku nol kan. Waktu itu aku berangkat pagi hari Senin jam 8.45, sepanjang jalan semua lancar. Memang kalau lewat selatan ada beberapa jalan yang berkelok-kelok. Setelah lewat Wangon maju sedikitsampai perbatasan jawa tengan jalan berkelok-kelok, dan setelah masuk wilayah Jawa Barat begitu juga. Habis itu setelah nasuk Banjar - Ciamis dan setrusnya agak datar dan lurus. Begitu sampai di Limbangan mulai tanda-tanda jalan menanjak dan banyak tikungan. Tetapi karena jalanan sepi, maka semua dapat ku jalani dengan lancar. Sampai di pintu to. Cileunyi kira2 jan 17.30. Perjalanan dalan tol lancar, hanya waktu setelah lewat pada larang mulai ada kabut, maka aku harus hati2. Perjalanan terus ku lanjutkan akhirnya sampai rumah jam 18.45. jarak tempuh 475 km. Kesimpulannya, Jakarta - Purworejo, jarak yang paling pendek lewat Bandung.

Kamis, 30 Desember 2010

HOBY BEREBUT

Beberapa hari menjelang final AFF kita sering melihat masyarakat yang berebut ingin membeli ticket pertandingan final antara Indonesai melawan Malaysia, padahal waktu itu pertandingan masih beberapa hari lagi. Banyak yang pinsan, bahkan ada yang meninggal. Masyalahnya karena tempat terbatas, diperebutkan oleh orang yang jumlahnya melebih tempat yang tersedia, sedangkan semua ingin mendapat bagian.
Suatu hal yang tidak mungkin bila ada barang 100 diperebutkan orang 200, akan dapat semua, pastinya yang seratus orang tidak kebagian.
Padahal kalau dilihat harga karcis juga tidak murah, tapi orang tetap berebut, apalagi kalau gratis pasti berebutnya lebih hebat, seperti kalau ada pembagian daging korban atau pembagian zakat yang sering terjadi menjelang lebaran. Jadi sesungguhnya memang sebagian rakyat kita masih senang berebut, barangkali kalau berhasil melalui perebutan akan lebih bergengsi. Makanya kalau ada even jangan diberi nama perebutan piala, karena jadinya betul-betul perebutan.
Dari sini terlihat bahwa orang masih sering tidak sabar, kalau dirasa tidak akan mungkin dapat sudahlah mundur saja dari pada hancur. Rasanya belum ada konsep yang bisa menjawab kebiasaan berebut yang selama ini sering sekali kita lihat di TV. Apakah orang kita terlalu antusias dalam segala hal, sehingga bila ada even yang aromanya berbagi-bagi selalu saja berebut, berebut dan berebut, sampai kapan?

Rabu, 29 Desember 2010

LAYU SEBELUM BERKEMBANG

Sedih saya melihat hasil pertandingan Team nas Garuda yang dikalahkan oleh Malaysia 3-0, sedih sekali. Sambutan, pujaan, betapa meriahnya tetapi tidak sanggup menjadi pendorong untuk menang dari Malaysia. Padahal, sebagian besar rakyat Indonesia optimis akan menang dengan mudah di Malaysia, karena dengan begitu tugas di leg 2 semakin ringan, tapi kenyataannya terbalik dari harapan semuan orang. tak berkutik.

Sekilas menengok kebelakang, waktu di senayan mengalahkan malaysia 5-1, kemudian mengalahkan Laos 6-0. Setelah itu grafiknya cenderung menurun. Kemenangan 2-1 dari Thailand kurang menggambarkan keunggulan teknik, karena dihasilkan dari penalty dua-duanya. Ok walaupun melalui penalty, kemenangan tetap kemenangan. Kemudian waktu melawan Philipine yang katanya tandang yang numpang di Senayan pada dasarnya tetap dikandang sendiri, hanya mampu menang 1-0 begitu juga waktu leg 2 juga hanya 1-0. Philipine memang terlihat lebih bagus, tetapi itulah hasilnya secara agregat menang 2-0. Terus malam ini bagaimana?. peluang tetap ada walaupun sangat tipis, pelatihnya bahkan pesimis karena peluangnya katanya hanya 10 %. Kasihan. Belum apa-apa sudah disanjung-sanjung bagai juara.
Sebagai warga negara, saya tetap berharap Team Garuda menang dan menjadi juara, masalahnya minimal harus menang 4-0, bukan hal yang mudah. Tetapi dari semua itu Team nas memang perlu terus berlatih, dan harus konsisten jangan pasang surut. Juara belum tenaga sudah habis.